Kamis, 04 September 2008

Penyembuh Asma Itu Bernama ”Musuk”

BOMO – Selain dikonsumsi sebagai lauk teman makan sehari-hari. Kelelawar ternyata juga dipercaya bisa menyembuhkan asma. Seperti di Pacitan sana, banyak orang percaya kalau kelelawar jenis Musuk bisa menyembuhkan penyakit yang disebabkan penyempitan saluran pernapasan tersebut.

Pasti banyak dari kita yang mengenal kelelawar. Mungkin karena pernah mendengar suaranya yang mencericit, atau pernah melihatnya terbang keluar berbondong-bondong dari dalam gua, yang paling menarik mungkin bila kita melihat kelompok hewan malam ini bergantungan di pepohonan Kebon Raya Bogor.
Karena menarik secara fisik dan perilaku, maka satwa ini banyak dikenal dengan berbagai macam nama. Paniki, niki atau lawa sebutan khusus bagi orang-orang di kawasan timur Indonesia terhadap satwa ini. Sedangkan orang Sunda menyebutnya lalay, kalong atau kampret. Orang Jawa Tengah menyebutnya lowo, codot, lawa, atau kampret. Sedangkan suku Dayak malah menyebutnya sebagai hawa, prok, cecadu, kusing atau tayo.
Indonesia sendiri yang terdiri dari ribuan pulau, bisa dikatakan amat mendukung keberadaan satwa jenis ini sebagai kekayaan alam. Ini terbukti dari terdapat lebih dari 200 jenis kelelawar di negeri ini. Yang mana berarti terdapat sekitar 20 persen dari total populasi kelelawar yang ada di seluruh dunia.
Banyak juga orang mengenal kelelawar sebagai binatang nocturnal. Lantaran kebiasaannya keluar kandang menjelang malam, dan baru kembali saat dini hari. Selain kebiasaannya begadang itu, ternyata banyak manfaat yang bisa diambil dari kelelawar bila kita mengetahuinya. Salah satunya adalah upaya pemanfaatan satwa jenis ini untuk pengobatan.

Obat
Hal itu juga dibenarkan oleh Pak Suyud, Kepala RT daerah Bomo, Pacitan Jawa Timur, yang kebetulan menjadi tempat tinggal sementara penulis beberapa waktu lalu. Menurutnya keampuhan kelelawar jenis musuk sudah tidak perlu diragukan lagi. Sudah sering banyak handai taulannya, meminta khusus kepadanya agar mau menangkapkan kelelawar jenis ini untuk pengobatan salah seorang kerabat mereka. ”Sampai saat ini kabar yang terdengar setelah saya memberikan Musuk itu untuk pengobatan, kebanyakan sembuh saja. Hampir tidak pernah saya mendengar ada penderita asma yang tidak cocok dengan obat dari Musuk ini,” ucap Pak Suyud.
Musuk menurut Pak Suyud agak berbeda dengan jenis kelelawar yang biasa mereka makan. Badannya lebih kecil dan tipis. Hanya sebesar ibu jari, ukuran yang diberikan Pak Suyud saat menjelaskan porsi badan kelelawar jenis Musuk. Lelaki beranak tiga ini juga menjelaskan kalau Musuk bisa didapat seharinya sampai 100 ekor, bila memang musimnya. ”Biasanya lowo Musuk banyak di daerah ini pada musim hujan,” ungkapnya kemudian.
Selain itu Pak Suyud juga menjelaskan bagaimana proses pemanfaatan Musuk tersebut untuk pengobatan. Menurutnya kebanyakan Musuk dibakar saja dahulu sebelum dikonsumsi. ”Lebih baik tak perlu digoreng. Karena daging kelelawar akan bercampur dengan minyak, dan sepertinya agak berkurang khasiatnya,” tambahnya. Setelah dibakar, Musuk bisa langsung di konsumsi oleh penderita asma. Dan pasti beberapa waktu setelahnya, penyakit akan terasa berkurang. ”Yang paling baik, mungkin kelelawar Musuk yang dikeringkan hingga menjadi bubuk,” ceritanya menambahkan.

Kitotefin
Masalah penggunaan daging kelelawar sebagai obat ternyata bisa dianggap benar berdasarkan beberapa penelitian. Salah satunya adalah penelitian MJ Naya yang pernah terbit dalam sebuah jurnal kesehatan terbitan pemerintah Spanyol. Menurut Naya ada jenis daging yang bisa dimanfaatkan untuk menyembuhkan radang tenggorokan.
Berdasarkan data itulah beberapa mahasiswa dari Universitas Brawijaya tahun lalu mempublikasikan hasil penelitian mereka mengenai pengobatan asma menggunakan daging kelinci. Hal itu bisa dilakukan karena daging kelinci ternyata mengandung satu zat yang disebut senyawa kitotefin. Senyawa tersebut apabila digabungkan dengan berbagai senyawa lain seperti lemak omega tiga dan sembilan, disinyalir bisa sebagai penyembuh penyakit asma. Dan menurut hasil penelitian mereka juga, didapat kemungkinan bahwa kelelawar juga memiliki senyawa jenis serupa.
Secara teknis, daging penghasil senyawa kitotefin ini berfungsi untuk menstabilkan membran sel mastosit. Asma, yang terjadi lantaran alergi bisa dicegah dengan adanya daging bersenyawa kitotefin itu di dalam tubuh. Sebab daging tersebut merangsang terbentuknya antibodi pada tubuh. Dan apabila antibodi tersebut melekat pada sel mastorit, bisa menyebabkan pecahnya membran. Pecahnya membran bisa membentuk otot-otot polos saluran napas berkontraksi. Hasilnya, saluran napas menyempit hingga terjadi asma.
Yang perlu diperhatikan mungkin hanya masalah pengolahan daging sebelum dimakan. Sebab kalau sembarangan mengolah bisa mengakibatkan hilangnya kadar kotitefin yang ada. Jadi disarankan tidak mengolah daging dalam kondisi terlalu panas. Suhu yang disarankan untuk memasak daging ini, jangan sampai melebihi 150 derajat Celcius. (SH/str-sulung prasetyo)

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com