Senin, 29 September 2008

Docter cilik


HuseinBeberapa hari yang lalu saya jalan-jalan ke Gramedia dan menemukan Buku Best Seller yang yang berjudul Doktor Cilik Hafal dan Paham Al-Quran. Buku ini menceritakan seorang anak kecil yang baru berusia 7 tahun tetapi sudah hafal dan paham Al-Quran. Anak kecil ini bahkan bisa memahami Al-Quran walaupun bahasa ibunya bukan bahasa Arab, anak ini bernama Sayyid Mohammad Hussein Tabātabā’i.



Pada Bulan February 1998, di Kerajaan Inggris tepatnya di Hijaz College Islamic University Husein yang yang waktu itu baru berusia 7 tahun menjalani ujian doktoral. Ujian yang harus dilaluinya terdiri dari 5 bidang :

* Menghafal Al-Quran dan menerjemahkan dalam bahasa ibu (persia)
* Menerangkan topik ayal Al-Quran
* Menafsirkan dan menerangkan ayat Al-Quran dengan ayat lainya dalam Al-Quran
* Bercakap-cakap dengan menggunakan ayat-ayat Al-Quran
* Menerangkan makna Al-Quran dengan metode isyarat tangan

Setelah menjalani ujian selama 210 menit, akhirnya tim penguji memberi nilai 93. Dimana nilai ini mengukuhkanya sebagai Doktor Honoris Causa.

Standard Penilaian :

* 60 - 70 Sertifikat diploma
* 70 - 80 Sarjana Kehormatan
* 80 - 90 Magister Kehormatan
* 90 ketas Doktoe Kehormatan (honoris cause)

Pada tanggal 19 Februari 1998 Husein menerima ijazah Doktor Honoris Causa dalam bidang Science of The Retention of The Holy Quran.

Buku ini juga disertai VCD yang isinya forum-forum baik di dalam negeri (Iran) maupun di luar negeri yang menceritakan bagaimana bocah cilik ini menunjukkan kehebatanya dalam menghafal dan memahami Al-Quran.

Buku ini juga bercerita tentang masa kecil Husein, dimana kedua orang tuanya juga seorang penghafal Al-Quran. Pada Usia 2 tahun 4 bulan Husein sudah menghafal juz 30 (Juz ‘Amma) secara otodidak, hasil dari rutinitasnya dalam mengikuti ibunya yang menjadi penghafal dan pengajar Al-Quran.

Berikut adalah beberapa dialog dalam buku itu yang menunjukkan kepiawaian bocah ini dalam memahami Al-Quran dan menggunakan ayat-ayat Al-Quran dalam percakapan sehari-hari, dialog ini dilakukan sepulang husein mendapat gelar Doktor dari Inggris :
Penanya Bagaimana ujian yang kamu lalui di Inggris ?

Berikut ini endorsment di cover belakang buku:

“Keteladanan menjadi kunci utama dalam proses pendidikan, tanpa keteladanan pendidikan hanya akan menjadi transfer of knowledge tapi tidak transfer of value. Kisah dalam buku ini sangat baik untuk dijadikan ibrah (pelajaran) dalam hidup dan kehidupan kita.” ~ Dr Arief Rachman, MPd - Pakar Pendidikan

“Saya telah menggeluti Al-Quran selama lebih dari 20 tahun, namun kini kembali menjadi murid yang harus menulis catatan di buku pelajaran. Apa pun yang ia (Husein) katakan, saya catat. Saya dengan bangga menyatakan diri sebagai murid dari guru yang masih berusia 5 tahun ini!” ~ Ayatullah Mohsen Qiraati, Mufassir Kontemporer Iran.

“Sayyid Husein memiliki kemampuan yang sangat menakjubkan dan para peneliti seharusnya melakukan penelitian mengenai bagaimana metode Husein dalam menghafal dan memahami Al-Quran.” ~ Ayatullah Hashemi Rafsanjani

Untuk lebih lengkap cara mendidik anak seperti Husein, silahkan baca bukunya. Penulis buku ini juga menyekolahkan anak putrinya di kelas Jamiatul Quran Teheran. Blog Penulis buku ini bisa dibaca disini Dina Y Sulaeman, Disini juga dapat dibaca berbagai pandangannya tentang berbagai isue di Iran. Sedangkan website Doktor Cilik ini bisa diakses di http://www.jameatulquran.com.

Semoga Bermanfaat.
Posted in Agama, STTIS, Serba-serbi, berita.

Selanjutnya Coy...

Lima Tahun Berpuasa untuk Membuat Al-Qur'an Raksasa

TIDAK seperti lazimnya kitab suci Al-Quran yang berukuran kecil, ringan dan bisa dibawa ke mana-mana. Al-Qur'an yang ada di Pondok Pesantren Al Ashiryyah Nurul Iman, yang terletak di Parung RT 01 RW 01, Desa Waru Jaya, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor ini jauh berbeda, karena memiliki ukuran raksasa dengan berat 1,2 ton lebar 120 cm dan panjang 150 cm.

Menurut Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Assyekh Habib Saggaf bin Mahdi bin Assyekh Abubakar bin Salim, Al-Qur'an berukuran raksasa yang kini berada dipondok ini, dibuat selama lima tahun, dimulai sejak tahun 1985 sampai 1990 dan dikerjakan oleh sembilan orang ulama dari tanah Jawa.

”Proses pengerjaan Al-Qur'an ini memerlukan waktu sekira 5 tahun dan dikerjakan khusus oleh 9 orang ulama di tanah Jawa. Sedangkan biaya yang diperlukan untuk membuat Al-Qur'an mencapai Rp 500 juta,” ujar ABAH Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman

Bahkan, menurut ABAH, pada saat pengerjaan Al-Qur'an tersebut kesembilan orang ulama, termasuk ABAH, melaksanakan ibadah puasa selama lima tahun penuh.
Al-Qur'an Terberat Di Dunia

“Mudah- mudahan Al Qur'an ini akan bermanfaat dan mampu bertahan sampai 500 tahun ke depan. Sebab cat yang Abah pergunakan untuk menulis Al-Qur'an ini memang terbuat dari cat khusus yang dirancang akan tahan sampai jangka waktu yang lama,” kata Abah

Al-Quran itu, kata abah, turunnya saja berat, apalagi pada saat Nabi MUHAMMAD SAW menyebarkan ajarannya juga sangat berat dan penuh tantangan. “Atas dasar itulah kami berpikir dan sepak at untuk membuat Alquran ini demikian serupa,” paparnya.

Al-Qur'an raksasa yang diklaim sebagai kitab terbesar dan terberat di dunia, kini masih berwujud lembaran-lembaran dan tersimpan rapi di ruang perpustakaan Pon pes Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung Bogor, Al-Qur'an itu terdiri dari 30 juz, 6.666 ayat, dan 114 surat.

Selanjutnya Coy...

sejarah alquran

Al-Kitab atau Al-Quran:


Yang mana satu mempunyai kesahihan dan sokongan sejarah yang lebih kukuh?
Bagaimanakah Untuk Membuktikannya dengan dalil-dalil yang pasti.?

Mukadimah

Kedua-dua Kitab Suci Injil dan Quran memperkatakan tentang umat-umat, tempat-tempat dan peristiwa-peristiwa yang tertentu, jadi sudah tentulah pengsahihan serta sokongan dari segi kebenaran sejarahnya bagi segala rujukan-rujukan diatas amatlah mustahak dan penting bagi mempastikan kewibawaan sejarahnya. Jikalau kesahihan fakta-fakta mereka tidak dapat dibuktikan secara memuaskan, misalnya Siapa yang telah melakukan sesuatu, pada satu masa yang tertentu di sesuatu tempat itu, apakah Kitab itu boleh dijadikan satu Panduan dan bahan rujukan bagi akidah dan kehidupan kita, yang merupakan satu perkara yang jauh lebih penting?

Konsep pengesahan dan sokongan sejarah ini lebih disenangi oleh cara fikiran al'a Barat daripada cara fikiran para Muslim. Oleh kerana para Muslim lebih cenderung kepada mengkagumi keindahan bahasa Kitab mereka serta kemuliaan ajarannya; dan seringkali mencurigai dan mengesyak analisa-analisa yang dibuat keatasnya oleh ahli-ahli sejarawan.

Perkara-perkara Pokok yang Harus Dipertimbangkan Terlebih Dahulu

Sebelumnya kita bermula mempersoalkan tentang Kitab yang mana lebih berwibawa dalam konteks nilai sejarah, kita seharusnya meneliti ciri-ciri khusus Kitab-kitab tersebut masing-masing, kerana Injil(al-Kitab) dan al-Quran tidak sama dari segi ciri-ciri gaya, bentuk dan kandungan masing-masing.

Al-Kitab umat Nasrani adalah lebih kurang empat kali lebih panjang berbanding dengan Al-Quran, justru itu tidak hairanlah al-Kitab mengandungi jauh lebih banyak pembutiran bersejarah daripada al-Quran. Lebih-lebih lagi perspektif (sudut pandangan) al-Kitab mengandungi lebih banyak unsur-unsur sejarah daripada yang terdapat di dalam al-Quran. Rekod-rekod peristiwa-peristiwa yang dicatit di dalam al-Kitab disertai dengan keterangan yang menjelaskan bagaimana peristiwa-peristiwa tersebut berhubung-kait dengan penglibatan Tuhan di dalam hal-ehwal Manusia,oleh kerana itu pembaca-pembacanya dapat mengambil iktibar daripada peristiwa-peristiwa itu dan juga pengajaran daripada kesilapan-kesilapan watak-wataknya. Sebaliknya al-Quran mengandungi lebih banyak bahan-bahan berunsur perundangan dan keputusan hukum-hukum fikahnya berbanding dengan al-Kitab. Perbezaan dari segi isi-kandungan yang ketara ini ialah satu sebab mengapa al-Kitab senang dikaji dengan jauh lebih teliti kerana ia mempunyai lebih banyak butiran sejarah yang boleh diuji dan dikaji-banding dengan sumber-sumber sejarah yang lain.

Pertalian di antara kedua-dua Kitab Suci ini dari segi jangka masa juga membawa pengaruh yang penting keatas diskusi ini.Al-Kitab Bible datang lebih awal daripada kemunculan Al-Quran, justru itu Al-Kitab tidak mempunyai apa-apa tali pergantungan kepada Al-Quran. Al-Quran pula muncul dalam situasi dimana Nabi Muhammad telah banyak mendapat peluang mempelajari isi kandungan dan sejarah Al-Kitab dari umat Yahudi dan Nasrani Kristian yang telah ditemuinya. Lebih-lebih lagi, Quran menyatakan ianya telah diturun sebagai satu pengesahan 'wahyu-wahyu sebelumnya' justru itu ia menyetujui dengan rekod-rekod sejarah Al-Kitab. Jadi,dari sudut ahli sejarawan, tidak ada peningkatan kepada kewibawaan (autoriti) Al-Quran kalau ia miliki rekod-rekod sejarah rapi yang sudah pun disebut didalam rekod-rekod Al-Kitab. Nilai sejarahnya hanya boleh dihargai pabila ia mengandungi catitan-catitan sejarah yang rapi yang tidak terkandung di dalam Al-Kitab, di sinilah al-Quran dapat dikaji dan dianalisa dengan sendirinya, secara objektif dan tepat.

Apakah Sejarah?

Kita senangi satu tafsiran Sejarah dimana segala-gala rekodnya adalah tepat dan kita hanya kena pergi mengutip semua rekod-rekod yang berkenaan itu. Itulah tafsirannya yang terunggul dan sempurna, dimana pendapat dan hemat kita setujui sepenuhnya dengan peristiwa-peristiwa yang telah berlaku. Tetapi sebenarnya ini jauh sekali daripada hakikat yang sebenar, kerana usaha untuk memperolehi rekod-rekod yang tepat seringkali menghadapi halangan-halangan yang tertentu.

Maklumat yang kurang tepat hanya dapat memenghasilkan pemahaman yang tidak sempurna. Sumber-sumber maklumat kita mungkin dicacati oleh salah-tafsiran, terpesong atau telah dicemari oleh prasangka-prasangka yang tidak tepat. Prasangka-prasangka inilah yang kerapkali (walaupun secara tidak langsung) mempengaruhi tafsiran-tafsiran kita yang dikenakan keatas sumber-sumber maklumat itu. Prasangka kita lazimnya menentukan kesimpulan-kesimpulan kita adalah satu hakikat yang utama dalam hal-hal keagamaan. Adalah sesuatu yang tidak disenangi bagi kita bila terjumpa dengan perkara yang bertentangan dengan dasar-dasar akidah kita. Walaupun begitu, kita seharusnya menerima dengan hati dan fikiran yang terbuka, hakikat bahawa salah satu daripada Kitab-kitab Suci yang kita miliki itu mempunyai landasan sejarah yang tidak begitu kukuh.

Kaedah-kaedah Pengesahan secara Sejarah

Ada tiga jenis sumber sejarah yang dapat dikategorikan. Yang pertama adalah pengesahan daripada masahif lain, atau sokongan masahif. Kaedah ini menolong kita mengesahkan apakah Kitab-kitab yang ada pada hari ini benar-benar mencerminkan isi-kandungan nas-nas (atau teks-teks) mereka yang asal.

Kategori kedua ialah sumber-sumber bertulis yang lain.Dalam bentuk ukiran, goresan, tulisan seperti prasasti dan sebagainya; yang dapat memberi penjelasan lanjut ke dalam abad atau zaman-zaman yang berkenaan.

Ketiga ialah maklumat dan data-data daripada kajibumi/kaji purbakala (arkeologi). Termasuk di dalam kategori ini ialah hasil daripada penggalian arkeologi yang menyokong kewujudan('keberadaan') sesuatu Kota lama/kuno pada zaman yang disebut-sebut di dalam teks yang tertentu. Atau tarikh lebih kurang bilamana kota itu telah dimusnahkan dsbnya.

Seterusnya dalam kertas ini saya akan memberikan contoh-contoh secara spesifik bagi setiap kategori diatas. Sememangnya ada banyak contoh-contoh yang boleh disediakan tetapi dihadkan oleh keperluan ruang.(1)

Sokongan daripada Masahif/Salinan Manuskrip-manuskrip

Memberi perhatian kepada nas al-Quran pula, saya kurang yakin kepada tuntutan para ulama' Muslim bahawa penghafalan al-Quran membukitkan kesahihannya. Tuntutan ini tidak membuktikan apa-apa kecuali bahawa kebanyakan orang Muslim hari ini membaca satu nas yang sama. Tetapi ini tidak mengambil kira situasi dan keadaan yang telah wujud pada abad ketujuh tahun Masehi, ataupun memberi apa-apa maklumat langsung bagi zaman itu.

Hadith-hadith sahih memaklumkan bahawa Abu Bakarlah yang mula-mulanya berusaha mengumpul semua teks/nas al-Quran kepada sebuah mushaf selepas kewafatan Nabi Muhammad. Ini dikatakan telah diberi kepada kalifah Umar dan lepas itu Siti Hafsah.Pada zaman kalifah Uthman pula, kita diberitahu bahawa para Muslim di Syam dan Iraq telah berganding untuk menakluki negeri Armenia dan Azerbaijan. Ketua angkatan perang yang bertugas telah berasa takut akan pertelagahan dan perselisihan di antara Muslim-muslim di Syam yang tidak menyetujui pembacaan al-Quran para Muslim di Iraq. Jadi dia menyeru kepada khalifah Uthman untuk menolongnya. Khalifah Uthman pula telah mengambil masahif yang dimiliki Hafsah dan keluar perintah supaya beberapa catitan-catitan dibuat daripada mushaf ini. Selepas itu kita diberitahu bahawa:

Uthman menghantar kepada setiap wilayah Muslim di zaman itu satu salinan Quran masing-masing. Dia perintahkan lagi supaya semua masahif dan bahan-bahan al-Quran yang lain dan yang masih wujud, walau dalam bentuk mushaf yang lengkap atau pun sebaliknya, untuk di bakar. (2)

Maklumat diatas mengesahkan kewujudan mashaf-mashaf yang berbedza-bedza dan berlainan pada masa itu. Kita mungkin tidak dapat menghitung secara tepat jumlah segala masahif yang telah dimusnahkan oleh Uthman, oleh kerana dalil-dalil yang berkenaan sudah pun dihapuskannya! Dalih yang dikemukakan para Muslim ialah - perbedaan-perbedaan yang wujud ialah perbedzaan dari segi kata-kata vokal sahaja tetapi bukan dari segi ejaan kosonan. TETAPI, mashaf-mashaf Quran yang paling awal sekali membuktikan kata-kata vokal sungguh JARANG sekali dipakai atau dituliskan kedalam mashaf tersebut. Pada hakikatnya tanda-tanda pemisah diantara konsonan-konsonan yang berbeza pun sungguh jarang diselitkan kedalam teks-teks Quran yang terawal!(3) Jadi, ketiadaan kata-kata vokal itu sudah tentu merupakan satu sifat begitu KETARA dan jelas dalam mashaf lama al-Quran.

Soalan yang seterusnya ialah : Dimanakah salinan-salinan yang telah diselaraskan oleh khalifah Uthman itu? Para Muslim lazimnya merujuk kepada dua buah mashaf 'lama', satu di Topkapi, Istanbul dan satu lagi di Tashkent Uzbekistan. Walau bagaimanapun kebanyakan para ilmuwan dan ahli sejarawan sudah mentarikhkan dokumen-dokumen ini tidak lebih awal daripada 900 tahun Masehi(4). Sebaliknya, ahli-ahli sejarawan (bukan Islam) lazimnya menganggap nashkah Quran yang paling awal ialah nashkah berhuruf al-Ma'il disimpan di Perpustakaan British, bertarikh 790 T.M.

Dewasa ini, ada pengkajian keatas mashaf-mashaf yang baru ditemui di Sana'a, negeri Yaman. Kajian ini menunjukkan bahawa ada banyak lagi pindaan-pindaan yang telah dibuat keatas nas al-Quran yang wujud bagi tujuan penyelarasan lagi, selepas zaman khalifah Uthman! Manuskrip-manuskrip ini bertarikh dari abad ke-8 T.M. dan amat berbedza dengan teks Quran yang dipakai hari ini! Terdapat bahagian-bahagian besar yang hilang dan digantikan dengan bahan yang amat lewat dari zaman berkenaan! Nas-nas yang dalam teks hari ini bermula dengan 'Qul..'('Kata' Allah kepada Nabi Muhammad) sebenarnya dinampakkan sebagai bermula dengan ungkapan-ungkapan : 'dia telah berkata...' atau 'mereka berkata...'. Ini menunjukkan kemungkinan besar 'kata-kata Allah' itu pada hakikatnya adalah penggantian daripada kata-kata manusia sezaman itu sebenarnya! Lebih daripada 1,000 variasi (penyelewengan drpd.teks asal) telah dijumpai dalam 83 Surah-surah yang pertama.(5)

Menumpukan perhatian kita kepada Al-Kitab/Injil pula, adakah apa-apa perbezaan di dalamnya? Mashaf-nashaf Kitab Suci Injil yang terawal bertarikh dari abad ke-4 tahun Masehi, yaitu Kodeks Sinaiticus di Perpustakaan British dan Kodeks Vaticanus di perpustakaan Vatican, Roma. Kodeks Papyri Chester Beatty pula bertarikh dari 200 T.M. dan mengandungi sebahagian besar Kitab Suci Injil. Masahif lengkap Perjanjian Lama (Taurat, Zabur dan Nabi-nabi) yang paling awal ialah mashaf Babylonicus Petropolitanus (1000 T.M.). Walau begitu ada juga wujud mashaf-mashaf Al-Kitab yang lebih awal, seperti Masahif Laut Mati (Dead Sea Scrolls).(6).

Terdapat satu cabang ilmu pengkajian dan kaedah penyelidikan dikalangan para ilmuan Nasrani Kristian yang digelar ilmu Sains Kritik Masahif. Pengkajian ini berupaya memastikan kesahihan sesuatu mashaf Kiatb Suci yang tertentu. Jadi apakah pula kata-putus tentang Kitab Suci Injil dan Al-Kitab ? Adakah ia boleh diyakini dan dipercayai pembaca-pembacanya? Apakah mana-mana ajaran Kristian didapati tercela akibat daripada ilmu Sains Kritik Masahif ini ? Jauh sekali! Tetapi sebab-sebab untuk variasi atau kurangnya jumlah masahif yang terawal seharusnya diselidiki dengan rapi.

Bagi Kitab Suci Injil sebab-sebabnya adalah munasabah. Papyrus yaitu sejenis kertas tulisan yang wujud pada abad pertama Tahun Masehi, didapati bereput dengan mudah. Sebagai contoh, ada tiga tokoh-tokoh dan para ilmuan mashyur dari zaman yang sama yaitu Tacitus, Kaisar dan Pliny yang telah menghasilkan rekod-rekod bertulis. Tulisan mereka mempunyai jurang masa antara 750-1,200 tahun di antara tarikh pencatatan dan mashafnya yang terawal(7). Hakikatnya ialah : terdapat sejumlah yang amat besar masahif awal catatan-catatan Kitab Suci Injil berbanding dengan mana-mana karya bertulis atau Kitab lama yang lain! Akibatnya situasi ini melahirkan komen daripada para ahli sejarawan seperti berikut :

Jika ada kecurigaan yang serius terhadap Kitab Suci Injil hari ini, keyakinan dan penerimaan segala karya-karya bertulis zaman kuno dahulu terpaksa diketepikan dan dicurigakan juga! Kerana hakikatnya ialah tidak ada mana-mana masahif lama dari zaman dahulu yang memiliki sokongan sejarah dan pengesahan bibliografik yang boleh berbanding dengan masahif Kitab Suci Injil.(8)

Tidak dapat satu pun pengajaran Nasrani Kristian (doktrin-doktrinnya) yang bergantung kepada mana-mana variasi yang dicurigakan secara sejarah atau pun Sains Kritik Masahif, juga ilmu Sains ini telah dapat memastikan pembacaan yang betul dan tepat pada semua kes-kes yang berkenaan.

Lagipun perlu diingati bahawa iman Nasrani pada mulanya telah mengalami ujian yang runcing dan berat dengan penganiyaan dan penindasan yang besar keatasnya. Pada 300 tahun pertamanya, umat Kristian Nasrani tidak mendapat perlindungan daripada mana-mana pihak, kecuali Allah Ta'ala dan juga terbuka kepada rampasan dan pemusnahan keatas koleksi Kitab-kitab suci mereka.

Sebaliknya dengan masahif al-Quran situasinya amat berbeda. Diantara abad-abad yang memisahkan Al-Masih 'Isa dengan Nabi Muhammad telah muncul penggunaan kertas kulit secara besar-besaran, bahan ini jauh lebih bertahan lasak daripada kertas papyrus. Koleksi-koleksi masahif teragung Kitab Suci Injil dalam abad ke-empat TM semuanya wujud dalam bentuk ini terdapat dalam keadaan yang tidak tercemar dan terpelihara sehingga hari ini. Adalah sungguh memalukan bagi umat Islam jika para ilmuan Islam tidak dapat mengemukakan mashaf-mashaf al-Quran dari zaman khalifah Uthman.

Kedua, teks al-Quran yang berbeda-beda sudahpun wujud dari mashaf-mashaf yang terawal. Masahif dari Sana'a Yaman yang disebut di atas mungkin adalah manuskrip yang terawal sekali, dan sumber Hadith sahih juga menunjukkan kalifah Uthman bin Affan bertemu dengan banyak sekali koleksi-koleksi Quran yang terpaksa dihapuskan! Hari ini kita mungkin tidak dapat melihat mashaf-mashaf yang telah dihapuskan olehnya. Keadaan ini langsung tidak sama bagi koleksi teks Kitab Suci Injil. Bagi al-Quran pula, perbedaan-perbedaan itu semua telah diselaraskan dalam satu langkah!

Ketiga, Islam telah merampas kuasa politik sehabis sahaja peristiwa Hijrah di tanah hijaz. Ini memastikan kelebihan bagi pengikut-pengikut Islam, yakni pemeliharaan berbagai-bagai masahif Quran yang telah wujud di zaman itu, keadaan ini amat berbeza di zaman pengikut Isa Al-Masih di mana mereka dianiaya dan ditindas oleh musuh-musuh yang seringkali merampas mashaf-mashaf Kitab Suci Injil yang dimiliki mereka.
Pengesahan Daripada Sumber-sumber Manuskrip Yang Lain

Pada hakikatnya, sumber maklumat yang terbesar tentang keadaan di tanah Arab pada zaman Muhammad berpunca daripada koleksi Hadith-hadith para Muslim. Walau pun begitu, hadith-hadith yang dianggap Sahih sahaja semuanya datang seawal-awalnya 200 tahun selepas Muhammad, sementara Sira Ibn Hisham hanya bertarikh dari abad ke-9 T.M. Walau pun para cendekia Islam selalu merujuk kepada 'rangkaian isnad hadis yang ada', tidak ada apa-apa kepastian langsung bagi para pengkaji-pengkaji menentukan jaminan sahihnya sesuatu rangkaian pelapur-pelapur 'hadis sahih' itu. Lebih-lebih lagi, tidak ada jaminan daripada mana-mana sumber-sumber hadith; biar daif ataupun sahih, bahawa bahan-bahan itu telah digubah pada satu masa yang lewat dari segi jangka masa. Juga, kekurangan koleksi masahif yang berkenaan (oleh sebab sudah dimusnahkan oleh kalifah Uthman) juga banyak melemahkan kesahihan bahan-bahan Hadith yang ada pada hari ini. Pada hakikatnya, hari ini ramai para ilmuan Islam juga telah membantah penggunaan al-Hadith sebagai satu sumber yang diyakini, seperti Dr.Kassim Ahmad (Malaysia) dan Dr.Rashad Khalifa (USA) dan telah menyokong pendirian mereka dengan karya-karya mereka (9).

Kita boleh merujuk kepada sumber-sumber lain yang wujud.Didapati bahawa teks-teks yang boleh diharapkan telah diselidik oleh Dr.Yehuda Nevo daripada Hebrew University (10). Prasasti-prasasti dan ukiran-ukiran batu dalam bahasa Arab yang terdapat di padang pasir Negev bertarikh daripada abad ke-7 dan ke-8 T.M. Ada bukti yang terkesan daripada bahan-bahan ini kewujudan suatu agama yang mengamali syahadat tauhid, tetapi bukan secara Islam. Tidak terdapat apa-apa bahan yang menyebut tentang Nabi Muhammad sehingga 691 T.M.pula. Sebenarnya, tidak dapat apa-apa pengesahan langsung menegenai kerasulan Muhammad sebagai satu Nabi di mana-mana sebelum tahun 691 T.M. Hanya pada tahun itu sahaja gelaran ini mulanya dijumpai pada duit-duit syiling dan juga pada tembuk Masjid al-Aqsa di Baitul Muqqadis(11). Hakikat ini banyak lagi melemahkan landasan lazim Islam. Apabila kita meninggalkan rujukan daripada al-Hadis dan tumpukan kaji-selidik kita kepada dalil-dalil berkaitan dengan pertumbuhan al-Quran serta gerak-geri dan kehidupan Nabi Muhammad yang telah muncul dewasa ini, hakikat bukti-bukti yang timbul kebanykannya tidak memihak kepada rekod-rekod para Muslim tradisional seperti Hadis dan sebagainya, malah terdapat juga bukti-bukti baru yang menunjukkan percanggahan dan pertentangan dengan rekod-rekod tersebut!

Dalam kes Al-Kitab dan Injil pula, wujudnya banyak dalil dewasa ini dan semasa yang menyokong kesahihannya. Tulisan-tulisan Bapa-bapa Gereja ('church Fathers') mengandungi nas Kitab Suci Injil yang PENUH (kecuali 11 baris). Bukti-bukti yang ada menunjukkan teks ini sudah pun wujud sebelum bersidangnya Majlis Nicea pada 325 T.M.(12) Terdapa juga rekod-rekod daripada tokoh-tokoh dan ahli sejarawan (bukan Nasrani) seperti Tacitus, Lucian dan Josephus dari abad pertama dan kedua T.M. yang merujuk kepada,diantara lain, peristiwa Penyaliban Al-Masih 'Isa.(13)

Terdapat sangat banyak bahan masahif hari ini yang membuktikan kesahihan peristiwa-peristiwa yang tercatit di dalam Al-Kitab dan Injil. Dalam Muzium British sendiri dipaparkan banyak sekali pamiran-pamiran kuno yang berkaitan secara langsung dengan umat-umat dan peristiwa yang disebut oleh Al-Kitab dan Injil. Misalnya, terdapat prasasti hitam (obelis) bersurat Shalmaneser III yang menggambarkan Jehu, seorang Raja Bani Israel. Ada juga ukiran-ukiran dari tembok instana raja Sennacherib di Nineveh yang menceritakan tentang penaklukan beliau keatas keturunan umat Yahuda (Judah) pada tahun 701 Sebelum Masehi (S.M.)(14). Bahan-bahan ini mengandungi tanda-tanda bakar daripada api pembakaran yang telah memusnahkan Kota Niniveh sepertimana telah dinubuat oleh Nabi Nahum.(15). Mungkin dalil yang memuaskan sekali ialah dua prasasti berkaitan raja Nabonidus, Raja terakhir empayar pra-Babylon. Daniel menyatakan bahawa raja Belshazzar memerintah diatas takhta wilayahanya apablia tentera Mede dan Parsi telah menyerangnya.(16). Tetapi rekod-rekod lain menyebut bahawa Nabonidus adalah Raja terakhir. Lebih lagi Herodotus, seorang lagi tokoh dan karyawan yang bertulis pada abad ke-5 S.M.tidak menyebut tentang raja Belshazzar. Ramai pengkritik Al-Kitab telah buat tuntutan kononnya Buku Daniel dalam Al-Kitab adalah satu pemalsuan dan buta kepada hakikat sejarah. Walau bagaimanapun, prasasti yang pertama adalah satu doa raja Nabonidus bagi puteranya, Belshazzar. Prasasti yang kedua memberi keterangan bahawa Nabonidus telah menghabiskan pemerintahan beliau di kota Tema, tanah Arab. Inilah keterangannya yang memberi penjelasan bagaimana raja Belshazzar memerintah di empayarnya, dan hanya dapat menganugerah nabi Daniel kepada kedudukan pangkat yang ketiga tertinggi dalam kerajaannya-hakikat sejarah ini adalah satu pengesahan dramatik dan sokongan kukuh bagi kesahihan dan kebenaran Al-Kitab.

Maklumat Kaji Purbakala yang Lain

Malangnya, kini tidak ada apa-apa pengkajian atau penggalian purbakala yang diadakan di Makkah mahupun di kota Madinah. Di luar tanah Arab pula terdapat kewujudan Masjid-masjid yang terawal yang herannya tidak berkiblat menghala kearah Kota Makkah seperti yang akan lazim dijangkakan.(17,18). Sebab-sebab yang telah ajukan ialah: umat Islam di abad ke-7 T.M. tidak tahu, atau kurang pasti menentukan arah Kiblat mereka itu adalah dalih yang begitu lemah sekali! Masakan perkara ini akan menjadi satu masalah kepada umat Islam Arab yang mempunyai ramai ahli-ahli ilmu Falak (astronomi) dan tidak kurang juga ahli-ahli matematik di kalangan mereka untuk membetulkan kesilapan arah Kiblat bagi mereka! Hakikat ini menimbulkan tanda-tanya yang besar dan serius keatas tarikh sebenar bila al-Quran dikitabkan.

Sebaliknya, dalil-dalil bagi Kitab Suci Injil jauh lebih kukuh! Kerja-kerja penggalian di Kota Baitul Muqqadis dewasa ini telah menemukan batu-batan kaki lima yang dijalani Al-Masih 'Isa sendiri sambil baginda berjalan memasuki Bait Suci di Kota Baitul Muqqadis! Juga, pada suatu masa dahulu ahli-ahli sejarawan telah menganggap kota Ur, yaitu kampung halaman nenek moyang Nabi Ibrahim sebagai satu cerita dongeng dan mitos! Akan tetapi kota Ur ini telah dikaji-gali dengan jayanya pada tahun 1920-an dan banyak barang peninggalan dan bahan-bahan hasil penggalian tersebut dipamirkan secara terbuka di Muzium British di kota London dari ini.

Maklumat dan data-data yang dapat dikesan sehingga zaman pemerintahan kerajaan bersatu Israel sudah pun dikenali selama ini, tetapi menjadi lebih rumit dan sulit pabila pengkaji-pengkaji cuba memperolehi data-data tentang zaman yang lebih awal daripada itu. Walau bagaimanapun dewasa ini penyelidikan dan kajian yang dilakukan oleh seorang bangsa British, En.David Rohl yaitu juga seorang pakar kaji purbakala sejarah Mesir, telah banyak menerangi bidang yang agak 'gelap' ini dengan pelita penyelidikan dan kajian-kajiannya. Setelah beliau selaraskan kebanyakan salasilah dalam sejarah kuno Mesir-yang tentukan kebanyakan tarikh-tarikh utama dalam sejarah kawasan Timur-tengah -pakar Dr.Rohl ini telah memperolehi banyak bukti tentang masa usiran Yahudi (Hebrew exile) di negeri Mesir dan juga rekod-rekod mengenai penawanan tanah Kanaan. Pengkajian dan buku-buku David Rohl ini mempunyai masa depan yang amat cerah dalam bidang pengkajian ini.(19).

Kesimpulan

Seperti yang telah terhurai di atas, tafsiran kita mengenai hal-hal keagamaan kita senang sekali dipengaruhi oleh prasangka dan salah-tanggapan. Walaupun begitu. kebenarannya sememangnya wujud di luar sana. Marilah kita menggulung kajian kita dengan meninjau ketiga-tiga kategori dalil-dalil di atas sekali lagi.

Tentang mekwujudan Masahif yang lama, Al-Kitab merupakan kekurangan mashaf-mashaf asalnya tetapi memiliki banyak teks variasi sebagai satu 'sumber alternatif/kedua'. Tetapi dengan menyelidikinya secara lebih teliti, terdapat banyak sebab-sebab yang wajar yang mengesahkan keadaan tersebut dan didapati Kitab Suci Injil mempunyai keyakinan yang terbaik sekali di antara kitab-kitab kuno yang lain. Ia 'lulus ujian-ujian runcing' yang diadakan oleh Sains Kritik Masahif keatasnya.

Al-Quran, sebaliknya, pada mulanya merupakan tidak tercela, dengan ahli-ahli penghafalnya dan juga Hadis-hadis yang cuba berkesan kata-kata Nabi sehingga ke puncanya. Akan tetapi, apabila fenomena ini diselidiki dengan lebih dekat dan runcing lagi adalah didapati bahawa penghafalan itu sebenarnya tidak relevan dan tidak dapat memastikan kesahihan mana-mana nas al-Quran kerana terdapat kewujudan bukti-bukti kukuh adanya teks-teks, koleksi-koleksi dan masahif yang berbedza-bedza dan juga bertentangan secara ketara di zaman Islam yang terawal. Lagipun proses selarasan al-Quran telah diadakan oleh tangan manusia. Sememangnya mashaf-mashaf yang telah muncul di Yaman membuktikan kewujudan nas-nas Quran yang masih berbeda-beda pada masa yang lebih lewat lagi! Juga, perubahan dalam kaedah penulisan (selitan kata2 vokal) dan dalam bahan tulisan (papyrus, keping-keping kayu, tulang bahu binatang, kertas kulit, dll.) serta pencubaan kalifah selaraskan teks Quran melemahkan dan memudaratkan lagi posisi dan keberkeyakinan teks Quran yang ada hari ini.

Dari segi kaedah dokumentasi semasa pula, teks Kitab Suci Injil khususnya memiliki sokongan dalil-dalil yang kukuh daripada rekod dan mashaf-mashaf peninggalan Bapa-bapa Gereja, dan perkara-perkara sejarahnya diperjelaskan dan disahkan oleh sumber-sumber sejarah bebas yang lain. Disini pula, Al-Quran rupa-rupnya mempunyai sokongan daripada kelompok penghafal-penghafalnya, AKAN TETAPI ini sesungguhnya adalah dalil 'lapuk' yakni sudah terbukti ketinggalan zaman dan dengan mudah boleh curigai keyakinannya. Sumber-sumber dalil di luar Islam pula adalah jauh lebih dekat kepada peristiwa peristiwa utama yang telah berlaku dari segi jangka masa. Tetapi sumber-sumber ini menggambarkan keadaan yang amat berlainan daripada apa yang diceritakan oleh sumber tradisional Islam, lebih-lebih lagi ada juga yang bertentangan dengannya!

Akihrnya, dari segi arkeologi dan sains kaji purbakala, Al-Kitab mempunyai jauh lebih banyak dan berjenis-jenis bukti dan dalil-dalil yang memberi sokongan mereka kepada kesahihannya. Sebaliknya, tidak dapat banyak dalil-dalil seperti ini yang menyokong kesahihan dan keberkeyakinan al-Quran. Lebih pelik lagi adalah pengkajian purbakala ini menimbulkan banyak kecurigaan dan tanda-tanya keatas ketepatan cerita-cerita dalam al-Quran, contohnya soalan arah kiblat-kiblat masjid terawal yang berlainan.

Jadi, kesimpulannya adalah mudah sekali. Al-Kitab dan Injil mempunyai lebih banyak sokongan dan pengesahan daripada sumber-sumber sejarah berbanding dengan Al-Quran. Kitab Suci Injil sudah jelasnya adalah satu rekod yang lebih berwibawa dan berkeyakinan tentang kerja Tuhan Allah yang melibatkan DiriNya dalam sejarah Manusia, jauh lebih daripada mana-mana rekod atau pun Kitab suci yang lain.

Bahan-bahan Rujukan :

1. Consult Smith J. The Bible and Qur'an for a fuller treatment, at http://debate.org.uk
2. Sahih Bukhari, vol 6, no 510, pp 478-80
3. See for instance the Ma'il Qur'an displayed at the British Library
4. A much fuller account is given in Gilchrist J. Jam' Al-Qur'an. Benoni. Jesus to the Muslims, 1989.
5. Research by Dr Gerd Puin et al of Saarbrucken University. Published in German
6. McDowell J. Evidence that Demands a Verdict, vol 1. San Bernadino. Campus Crusade for Christ, 1972 Pp49,59.
7. McDowell J. Op cit. pp 47,48.
8. Montgomery JW. History and Christianity. Downers Grove. IVP, 1971. p29
9. Hadis: Satu Penilaian Semula (1986), Hadis-Jawapan Kepada Pengkritik (1992) oleh Kassim Ahmad.Website tentang Rashad Khalifa di http://www.submission.org
10. Nevo YD. Towards a Prehistory of Islam. Jerusalem Studies in Arabic and Islam. 1994;17:108-141
11. Taken from The Bible and the Qur'an by Jay Smith. June 1998, pp27,28
12. McDowell J. Op Cit. pp 53-5
13. McDowell J. Evidence that Demands a Verdict. San Bernardino. Campus Crusade for Christ, 1972.pp84-88.
14. 2 Kings18&19; 2Chronicles 32; Isaiah 36&37
15. Nahum 3:13,15
16. Daniel 5
17. Cresswell KAC. Early Muslim Architecture. vol 1 part 1. Oxford, 1969. pp137ff
18. Cresswell KAC. A Short Account of Early Muslim Architecture. Rev. by Allan JW. Aldershot. Scholar Press, 1989. p41
19. Rohl D. A Test of Time - Pharaohs and Kings. London. Century, 1995

Selanjutnya Coy...

( SEJARAH ) tapak suci








Di Banjarnegara, Jawa Tengah, Kiyai Haji (K.H.) Syuhada pada tahun 1872 memiliki seorang putera yang diberi nama Ibrahim. Sejak kecil ia menerima ilmu pencak dari ayahnya. Ibrahim tumbuh menjadi Pendekar yang menguasai pencak ragawi dan batin / inti tetapi sekaligus Ulama yang menguasai banyak ilmu, kemudian berganti nama menjadi K.H. Busyro Syuhada.
Pada awalnya K.H.Busyro Syuhada mempunyai 3 murid, yaitu :
- Achyat ( adik misan ), yang kemudian dikenal dengan K.H. Burhan
- M.Yasin ( adik kandung ), yang dikenal dengan K.H. Abu Amar Syuhada
- Soedirman, yang dikemudian hari mencapai pangkat Jenderal dan pendiri Tentara promoted Panglima Nasional Indonesia, bahkan bergelar Panglima Besar Soedirman.

Pada tahun 1921 di Yogyakarta, bertemulah K.H. Busyro Syuhada dengan kakak beradik Ahmad Dimyati dan Muhammad Wahib. Dalam kesempatan itu mereka adu ilmu pencak antara M. Wahib dan M. Burhan. Kemudian A. Dirnyati dan M. Wahib dengan pengakuan yang tulus mengangkat K.H. Busyro Syuhada sebagai guru dan mewarisi ilmu pencak dari K.H. Busyro Syuhada yang kemudian menetap di Kauman. Menelusuri jejak gurunya, Ahmad Dimyati mengembara ke barat sedang M. Wahib mengembara ketimur sampai ke Madura untuk menjalani adu kaweruh
( uji ilmu ). Pewaris ilmu banjaran, mewarisi juga sifat-sifat gurunya M. Wahib sebagaimana K.H. Busyro Syuhada, bersifat keras, tidak kenal kompromi, suka adu kaweruh. Untuk itu sangat menonjol nama M. Wahib dari pada A. Dimyati. Sedang A. Dimyati yang banyak dikatakan ilmunya lebih tangguh dari pada adiknya M. Wahib tetapi karena pendiam dan tertutup maka tidak banyak kejadian-kejadian yang dialami. Sebagaimana M. Burhan yang mempunyai sifat dan pembawaan sama dengan A. Dimyati.

K. H. Busyro Syuhada pernah menjadi guru pencak untuk kalangan bangsawan dan keluarga Kraton Yogyakarta. Salah satu diantara muridnya adalah R.M. Harimurti, seorang pangeran kraton, yang dikemudian hari beberapa muridnya mendirikan perguruan–perguruan pencak silat yang beraliran Harimurti.

Kauman, Seranoman dan Kasegu

Pendekar Besar KH Busyro Syuhada memberi wewenang kepada pendekar binaannya, A. Dimyati dan M. Wahib untuk membuka perguruan dan menerima murid. Perguruan baru yang didirikan pada tahun 1925 itu diberi nama Perguruan "Kauman", yang beraliranBanjaran.
Perguruan Kauman mempunyai peraturan bahwa murid yang telah selesai menjalani pendidkan dan mampu mengembangkan ilmu pencak silat diberikan kuasa untuk menerima murid.
M. Syamsuddin yang menjadi murid kepercayaan Pendekar Besar M..Wahib diangkat sebagai pembantu utama; dan dizinkan menerima murid. Kemudian mendirikan perguruan ”Seranoman". Perguruan Kauman menetapkan menerima siswa baru, setelah siswa tadi lulus menjadi murid di Seranoman. Perguruan Seranoman melahirkan pendekar muda Moh. Zahid, yang juga lulus menjalani pendidikan di perguruan Kauman. Moh. Zahid yang menjadi murid angkatan ketiga (3) bahkan berhasil pula mengembangkan pencak silat yang berintikan kecepatan; kegesitan, dan ketajaman gerak. Tetapi murid ketiga ini pada tahun 1948, wafat pada usia yang masih sangat muda. Tidak sempat mendirikan perguruan baru tetapi berhasil melahirkan murid, Moh. Barie lrsjad.
Pendekar Besar KH Busyro Syuhada berpulang ke Rahmatullah pada bulan Ramadhan 1942. Pendekar Besar KH Busyro Syuhada bahkan tidak sempat menyaksikan datangnya perwira Jepang, Makino, pada tahun 1943 yang mengadu ilmu beladirinya dengan pencak silat andalannya. Makino mengakui kekurangannya dan menyatakan menjadi murid Perguruan Kauman sekaligus menyatakan masuk Islam kemudian berganti nama menjadi Omar Makino. Pada tahun 1948 Pendekar Besar KH Burhan gugur bersama dengan 20 muridnya dalam pertempuran dengan tentara Belanda di barat kota Yogyakarta. Kehilangan besar pesilatnya menjadikan perguruan Kauman untuk beberapa sa’at berhenti kegiatannya dan tidak menampakkan akan muncul lagi Pendekar. Moh. Barie lrsjad sebagai murid angkatan keenam (6) yang dinyatakan lulus dari tempaan ujian Pendekar M. Zahid, M. Syamsuddin, M. Wahib dan A. Dimyati kemudian dalam perkembangan berikutnya mendirikan perguruan "Kasegu"
Kalau perguruan-perguruan sebelumnya diberi nama sesuai dengan tempatnya. Perguruan Kasegu diberikan nama sesuai dengan senjata yang diciptakan oleh Pendekar Moh. Barie Irsjad.

Lahirnya Tapak Suci
Moh. Barie lrsjad akhirnya mengeluarkan gagasan agar semua aliran Banjaran yang sudah berkembang dan terpecah-pecah dalam berbagai perguruan, disatukan kembali ke wadah tunggal.
Pendekar Besar M. Wahib merestui berdirinya satu Perguruan yang menyatukan seluruh perguruan di Kauman. Restu diberikan dengan pengertian Perguruan nanti adalah kelanjutan dari Perguruan Kauman yang didirikan pada tahun 1925 yang berkedudukan di Kauman.
Pendekar M. Wahib mengutus 3 orang muridnya. dan M. Syamsuddin mengirim 2 orang muridnya untuk bergabung. Maka Pendekar M. Barie Irsjad bersama sembilan anak murid menyiapkan segala sesuatunya untuk mendirikan Perguruan.
Dasar-dasar perguruan Kauman yang dirancang oleh Moh. Barie lrsjad, Moh. Rustam Djundab dan Moh. Djakfal Kusuma menentukan nama Tapak Suci. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dikonsep oleh Moh Rustam Djundab. Do’a dan lkrar disusun oleh H. Djarnawi Hadikusuma. Lambang Perguruan diciptakan oleh Moh. Fahmie Ishom, lambang Anggota diciptakan oleh Suharto Suja', lambang Regu Inti "Kosegu" diciptakan Adjib Hamzah. Sedang bentuk dan warna pakaian dibuat o!eh Moh. Zundar Wiesman dan Anis Susanto.
Maka pada tanggal 31 Juli 1963 lahirlah Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci.

Selanjutnya Coy...

Year of the Golden Pig - Pig Olympics and Babies

China is all a-buzz with the upcoming Olympics next year with pre-sports events raging across the nation. The creme de la creme of swimmers from all over the country took part in the China Golden Pig Sports Game with highly-trained pig athletes in Ningxiang, central China’s Hunan province last weekend.
Photo Reuters

Farmyard porkers competed in events such as running, swimming, jumping and eating. They sprinted, jumped hoops and dove 6 feet into water from diving boards. At the end of the competition, 3 top pigs were garlanded with medals on-stage by children.

Year of the Golden Pig
According to ancient Chinese custom, we are in year 4705 of the Chinese calendar, marking the Chinese lunar year known as the ‘Golden Pig Year’ — or ‘jin zhu nian’ in Chinese which began on February 18th. Such a year comes only once every 60 years and is said to be auspicious for prosperity, fortune and good health, especially for childbearing.

Although called ‘Chinese’ New Year,’ other Asian countries celebrate the holiday as well. In Vietnam, the lunar New Year is called Tet.

Baby Boom
The particularly propitious year has spawned a baby boom in China, where city-dwellers are only allowed one child. Many have planned their pregnancies around the Year of the Golden Pig in hopes of the most auspicious births.
A newborn bathes at a maternity hospital in Shanghai, where it’s believed
swimming with the aid of a rubber ring calms the babies. Photo Louisa Lim / NPR

“They say children born in the year of the pig will be especially intelligent and healthy, so everybody is rushing to have babies this year.” says Bao Huiyuan, expecting her first child in June..

The city’s maternity beds in Shanghai’s hospitals are booked solid until March.

The city government is warning women to avoid getting pregnant this year. As Huiyuan points out, these piglets will compete for hospital beds and go on competing throughout their lives — for school places, university places and eventually, wives.

“Both adults and children believe pigs are a lucky symbol, which bring fortune and wealth. Their plumpness means prosperity.” said Wu Ying, brand manager for Tenlow snacks in China.

Pigs have been banned from appearing in any ads on the state-run broadcaster CCTV, which has ordered major advertising agencies not to use pig images, cartoons or slogans “to avoid conflicts with ethnic minorities.”

More Pig Olympics
China isn’t the only one touting games for these highly intelligent porkers — Moscow, Russia also holds their version of an annual Pig Olympics, where they compete in 3 major events.
Photo AP

Competitions include the ‘footie,’ running the race track and swimming, organized by the Sport-Pig Federation, which are held every year. Competitors come from various countries including Africa and Ukraine.

The highly skilled pigs won’t end up on anyone’s plate — instead, they’ll breed a new generation of pig athletes




Photo AP

Sources: NPR, BBC and Reuters

Selanjutnya Coy...

> nonton TV satelite tanpa Hardware just Software, hiaks... hiaks...hiakss

silahkan dunlut disini :http://filecargo.com/dw.php?id=1179340221&/0/Satellite Tv For Pc - 2007.zip
didalamnya udah ada password dan lain lain....

"don't forget to replay" credit goes to nadya yang udah nanyain masalah TV Tuner

cheers,


nul.... dance.gif dance.gif ....route

Selanjutnya Coy...

Jumat, 26 September 2008

MINAL AIDIN WAL FAIZIN MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN

Selanjutnya Coy...

> Asal Usul Bedug

Sumber : http://antara.co.id/arc/2008/9/2/asal-usul-bedug/

Asal Usul Bedug

Jakarta (ANTARA News) - Bedug merupakan instrumen musik tradisional yang telah digunakan sejak ribuan tahun lalu dengan fungsi sebagai alat komunikasi baik dalam kegiatan ritual keagamaan maupun politik.

"Bedug diduga kuat berasal dari India dan China," kata penulis Yudhistira Ardi Nugraha Moelyana Massardi (Yudhis) di Jakarta, Selasa.

Konon, kata penulis novel "Arjuna Mencari Cinta" (1977) itu, ketika Laksamana Cheng Hoo datang ke Semarang, mereka disambut baik oleh Raja Jawa pada masa itu.

"Ketika Cheng Hoo hendak pergi dan ingin memberikan hadiah, Raja di Semarang tidak meminta apa-apa kecuali mengatakan `Saya ingin mendengarkan suara bedug di mesjid-mesjid`," katanya.

Sejak itu, bedug pun menjadi bagian dari mesjid, seperti di China, Korea dan Jepang, yang menempatkan bedug di kuil-kuil Buddha sebagai alat komunikasi ritual (penanda kegiatan ritual).

"Di Indonesia, alat itu dibunyikan untuk pemberitahuan waktu sembahyang (salat), tapi belakangan di era Orde baru (Orba), bedug menjadi bagian dari politik keagamaan dan pemerintahan," katanya.

Saat Orba berkuasa, katanya, pernah ada gerakan pembersihan mesjid dari unsur-unsur non Islam, sehingga bedug yang dianggap bukan berasal dari budaya Islam pun dikeluarkan dari surau, langgar, atau mesjid, dan diganti dengan pengeras suara.

"Gerakan itu dilakukan oleh kaum Islam modernis, namun orang NU yang puritan melakukan perlawanan, sehingga kita lihat masih ada mesjid yang tetap mempertahankan bedug sebagai bagian di dalamnya," katanya.

Ia menilai pembersihan bedug dari mesjid adalah kegiatan politik pemerintah pada masa itu untuk mendekati umat Islam, khususnya kaum modernis dalam Islam (Muhammadiyah).

"Penggunaan pengeras suara dimaksudkan supaya isi khotbah para imam bisa terdengar. Maksudnya, terdengar oleh aparat intelijen," kata Yudhis, tersenyum.

Dalam kaitan itu, ia berjanji untuk mengambil peran dalam Parade Bedug 2008 yang digelar Sampoerna Hijau pada 10-21 September dengan mengunjungi 30 kota di Jawa dan Sumatera.(*)

Selanjutnya Coy...

> Perjuangan Mahasiswa Indonesia, 1908-1998

1. Gerakan Mahasiswa 1908
Lahirnya generasi pertama lapisan pemuda berpendidikan modern, sebenarnya bukanlah produk sosial yang murni berasal dari rakyat Indonesia. Kehadiran mereka merupakan produk situasi atau didorong oleh perubahan sikap politik pemerintahan kolonial Belanda terhadap negeri ini. Melalui kebijakan “Politik Etis” yang diciptakan Belanda setelah menjajah lebih dari tiga ratus tahun di atas bumi persada, kaum pribumi khususnya lapisan pemuda, mendapatkan kesempatan untuk masuk ke lembaga-lembaga pendidikan yang telah didirikan oleh Belanda. Walaupun dengan batasan lapisan masyarakat, lembaga pendidikan, dan keterbatasan fasilitas pendidikan yang ada, sehingga banyak pemuda pribumi yang berhasil lulus baik, atas bantuan pemerintah Belanda, dikirim ke luar negeri (kebanyakan ke negeri Belanda) untuk melanjutkan studi mereka.

Dalam masa yang penuh tantangan dihadapkan dengan suasana kolonialisme, realitas politik berupa berlangsungnya proses pembodohan dan penindasan secara struktural yang dilakukan Belanda, berkat kemajuan pendidikan yang berhasil mereka raih berimplikasi pada peningkatan tingkat kesadaran politik,para pelajar dan mahasiswa merasakan sebagai golongan yang paling beruntung dalam pendidikan sehingga muncul tanggung jawab untuk mengemansipasi bangsa Indonesia.

Boedi Oetomo, merupakan wadah perjuangan yang pertama kali memiliki struktur pengorganisasian modern. Didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh pemuda-pelajar-mahasiswa dari lembaga pendidikan STOVIA, wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual terlepas dari primordialisme Jawa yang ditampilkannya.

Pada konggres yang pertama di Yogyakarta, tanggal 5 Oktober 1908 menetapkan tujuan perkumpulan : Kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan.

Dalam 5 tahun permulaan BU sebagai perkumpulan, tempat keinginan-keinginan bergerak maju dapat dikeluarkan, tempat kebaktian terhadap bangsa dinyatakan, mempunyai kedudukan monopoli dan oleh karena itu BU maju pesat, tercatat akhir tahun 1909 telah mempunyai 40 cabang dengan lk.10.000 anggota.

Disamping itu, pada tahun yang sama dengan berdirinya BU oleh para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda, dibentuk pula Indische Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische Vereeninging tahun 1922, disesuaikan dengan perkembangan dari pusat kegiatan diskusi menjadi wadah yang berorientasi politik dengan jelas. Dan terakhir untuk lebih mempertegas identitas nasionalisme yang diperjuangkan, organisasi ini kembali berganti nama baru menjadi Perhimpunan Indonesia,tahun 1925.

Berdirinya Indische Vereeninging dan organisasi-organisasi lain,seperti: Indische Partij yang melontarkan propaganda kemerdekaan Indonesia, Sarekat Islam,dan Muhammadiyah yang beraliran nasionalis demokratis dengan dasar agama, Indische Sociaal Democratische Vereeninging (ISDV) yang berhaluan Marxis, dll menambah jumlah haluan dan cita-cita terutama ke arah politik. Hal ini di satu sisi membantu perjuangan rakyat Indonesia, tetapi di sisi lain sangat melemahkan BU karena banyak orang kemudian memandang BU terlalu lembek oleh karena hanya menuju “kemajuan yang selaras” dan /atau terlalu sempit keanggotaannya (hanya untuk daerah yang berkebudayaan Jawa) meninggalkan BU Oleh karena cita-cita dan pemandangan umum berubah ke arah politik, BU juga akhirnya terpaksa terjun ke lapangan politik.

Kehadiran Boedi Oetomo,Indische Vereeninging, dll pada masa itu merupakan suatu episode sejarah yang menandai munculnya sebuah angkatan pembaharu dengan kaum terpelajar dan mahasiswa sebagai aktor terdepannya, yang pertama dalam sejarah Indonesia : generasi 1908, dengan misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan dikalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan, dan mendorong semangat rakyat melalui penerangan-penerangan pendidikan yang mereka berikan, untuk berjuang membebaskan diri dari penindasan kolonialisme.

2. Gerakan Mahasiswa 1928



Pada pertengahan 1923, serombongan mahasiswa yang bergabung dalam Indonesische Vereeninging (nantinya berubah menjadi Perhimpunan Indonesia) kembali ke tanah air. Kecewa dengan perkembangan kekuatan-kekuatan perjuangan di Indonesia, dan melihat situasi politik yang di hadapi, mereka membentuk kelompok studi yang dikenal amat berpengaruh, karena keaktifannya dalam diskursus kebangsaan saat itu. Pertama, adalah Kelompok Studi Indonesia (Indonesische Studie-club) yang dibentuk di Surabaya pada tanggal 29 Oktober 1924 oleh Soetomo. Kedua, Kelompok Studi Umum (Algemeene Studie-club) direalisasikan oleh para nasionalis dan mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik di Bandung yang dimotori oleh Soekarno pada tanggal 11 Juli 1925.

Suatu gejala yang tampak pada gerakan mahasiswa dalam pergolakan politik di masa kolonial hingga menjelang era kemerdekaan adalah maraknya pertumbuhan kelompok-kelompok studi sebagai wadah artikulatif di kalangan pelajar dan mahasiswa. Diinspirasi oleh pembentukan Kelompok Studi Surabaya dan Bandung, menyusul kemudian Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), prototipe organisasi yang menghimpun seluruh elemen gerakan mahasiswa yang bersifat kebangsaan tahun 1926, kelompok Studi St. Bellarmius yang menjadi wadah mahasiswa Katolik, Cristelijke Studenten Vereninging (CSV) bagi mahasiswa Kristen, dan Studenten Islam Studie-club (SIS) bagi mahasiswa Islam pada tahun 1930-an.

Lahirnya pilihan pengorganisasian diri melalui kelompok-kelompok studi tersebut, dipengaruhi kondisi tertentu dengan beberapa pertimbangan rasional yang melatari suasana politis saat itu. Pertama, banyak pemuda yang merasa tidak dapat menyesuaikan diri, bahkan tidak sepaham dan kecewa dengan organisasi-organisasi politik yang ada. Sebagian besar pemuda saat itu, misalnya menolak ideologi Komunis (PKI) maka mereka mencoba bergabung dengan kekuatan organisasi lain seperti Sarekat Islam (SI) dan Boedi Oetomo. Namun, karena kecewa tidak dapat melakukan perubahan dari dalam dan melalui program kelompok-kelompok pergerakan dan organisasi politik tersebut, maka mereka kemudian melakukan pencarian model gerakan baru yang lebih representatif.

Kedua, kelompok studi dianggap sebagai media alternatif yang paling memungkinkan bagi kaum terpelajar dan mahasiswa untuk mengkonsolidasikan potensi kekuatan mereka secara lebih bebas pada masa itu, dimana kekuasaan kolonialisme sudah mulai represif terhadap pembentukan organisasi-organisasi massa maupun politik.

Ketiga, karena melalui kelompok studi pergaulan di antara para mahasiswa tidak dibatasi sekat-sekat kedaerahan, kesukuan,dan keagamaan yang mungkin memperlemah perjuangan mahasiswa.

Ketika itu, disamping organisasi politik memang terdapat beberapa wadah perjuangan pemuda yang bersifat keagamaan, kedaerahan, dan kesukuan yang tumbuh subur, seperti Jong Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Celebes, dan lain-lain.

Dari kebangkitan kaum terpelajar, mahasiswa, intelektual, dan aktivis pemuda itulah, munculnya generasi baru pemuda Indonesia: generasi 1928. Maka, tantangan zaman yang dihadapi oleh generasi ini adalah menggalang kesatuan pemuda, yang secara tegas dijawab dengan tercetusnya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda dicetuskan melalui Konggres Pemuda II yang berlangsung di Jakarta pada 26-28 Oktober1928, dimotori oleh PPPI.

3. Gerakan Mahasiswa 1945

Dalam perkembangan berikutnya, dari dinamika pergerakan nasional yang ditandai dengan kehadiran kelompok-kelompok studi, dan akibat pengaruh sikap penguasa Belanda yang menjadi Liberal, muncul kebutuhan baru untuk secara terbuka mentransformasikan eksistensi wadah mereka menjadi partai politik, terutama dengan tujuan memperoleh basis massa yang luas. Kelompok Studi Indonesia berubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (PBI), sedangkan Kelompok Studi Umum menjadi Perserikatan Nasional Indonesia (PNI).

Seiring dengan keluarnya Belanda dari tanah air, perjuangan kalangan pelajar dan mahasiswa semakin jelas arahnya pada upaya mempersiapkan lahirnya negara Indonesia di masa pendudukan Jepang. Namun demikian, masih ada perbedaan strategi dalam menghadapi penjajah, yaitu antara kelompok radikal yang anti Jepang dan memilih perjuangan bawah tanah di satu pihak, dan kelompok yang memilih jalur diplomasi namun menunggu peluang tindakan antisipasi politik di pihak lain. Meskipun berbeda kedua strategi tersebut, pada prinsipnya bertujuan sama : Indonesia Merdeka !

Secara umum kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada zaman pemerintahan Jepang jauh lebih represif dibandingkan dengan kolonial Belanda, antara lain dengan melakukan pelarangan terhadap segala kegiatan yang berbau politik; dan hal ini ditindak lanjuti dengan membubarkan segala organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik, serta insiden kecil di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta yang mengakibatkan mahasiswa dipecat dan dipenjarakan.

Praktis, akibat kondisi yang vacuum tersebut, maka mahasiswa kebanyakan akhirnya memilih untuk lebih mengarahkan kegiatan dengan berkumpul dan berdiskusi, bersama para pemuda lainnya terutama di asrama-asrama. Tiga asrama yang terkenal dalam sejarah, berperan besar dalam melahirkan sejumlah tokoh, adalah Asrama Menteng Raya, Asrama Cikini, dan Asrama Kebon Sirih. Tokoh-tokoh inilah yang nantinya menjadi cikal bakal generasi 1945, yang menentukan kehidupan bangsa.

Salah satu peran angkatan muda 1945 yang bersejarah, dalam kasus gerakan kelompok “bawah tanah” yang antara lain dipimpin oleh Chairul Saleh dan Soekarni saat itu, yang terpaksa menculik dan mendesak Soekarno dan Hatta agar secepatnya memproklamirkan kemerdekaan, peristiwa ini dikenal kemudian dengan peristiwa Rengasdengklok. Peristiwa Rengasdengklok itu dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan pandangan antar generasi tentang langkah-langkah yang harus ditempuh dalam memproklamasikan kemerdekaan. Saat itu Jepang telah menyerah kepada sekutu, dan pemuda (yang cenderung militan dan non kompromis) menuntut peluang tersebut segera dimanfaatkan, tetapi generasi tua seperti Soekarno dan Hatta cenderung lebih memperhitungkan situasi secara realistis. Tetapi akhirnya kedua tokoh proklamator itu mengabulkan keinginan pemuda, dan memproklamasikan negara Indonesia yang merdeka tanggal 17 Agustus 1945.

Dengan kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan saat itu, maka sekaligus menandai lahirnya generasi 1945 dalam sejarah Indonesia.

4. Gerakan Mahasiswa 1966



Suasana Indonesia pada masa-masa awal kemerdekaan hingga Demokrasi Parlementer,lebih diwarnai perjuangan partai-partai politik yang saling bertarung berebut kekuasaan. Pada saat yang sama mahasiswa sendiri lebih melihat diri mereka sendiri sebagai The Future Man ; artinya, sebagai calon elit yang akan mengisi pos-pos birokrasi pemerintahan yang akan dibangun. Dalam periode ini, pola kegiatan mahasiswa kebanyakan diisi dengan kegiatan sosial seperti piknik, olahraga, pers, dan klub belajar. Hal ini juga sebagian karena dipengaruhi oleh munculnya orientasi pemikiran untuk kembali ke kampus dan slogan kebebasan akademik yang membius semangat mahasiswa saat itu. Hanya sedikit perhatian diantara mereka untuk memikirkan masalah-masalah politik.

Namun demikian, di satu sisi masa itu juga ditandai dengan mulai aktifnya organisasi mahasiswa yang tumbuh berafiliasi partai politik dan aktivis mahasiswa yang memiliki hubungan dekat dengan elit politik nasional yang berperan dalam sistem politik.

Di sisi lain, ada pula perkembangan menarik yang terjadi dengan tumbuhnya aliansi antara kelompok-kelompok mahasiswa, diantaranya Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI), yang dibentuk melalui Kongres Mahasiswa yang pertama di Malang tahun 1947.

Selanjutnya, dalam masa Demokrasi Liberal (1950-1959), seiring dengan penerapan sistem kepartaian yang majemuk saat itu, organisasi mahasiswa ekstra kampus kebanyakan lebih bersifat underbouw partai-partai politik. Misalnya, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dekat dengan PNI, Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) dekat dengan PKI, Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (Gemsos) dengan PSI, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berafiliasi dengan Partai NU, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan Masyumi, dan lain-lain.

Diantara organisasi mahasiswa pada masa itu, CGMI mendapatkan suasana menggembirakan setelah PKI tampil sebagai salah satu partai kuat hasil Pemilu 1955. Sebagai wujud kegembiraan namun sekaligus kepongahan, CGMI secara berani menjalankan politik konfrontasi dengan organisasi mahasiswa lainnya, bahkan lebih jauh berusaha mempengaruhi PPMI, kenyataan ini menyebabkan perseteruan sengit antara CGMI dengan HMI, terutama dipicu karena banyaknya jabatan kepengurusan dalam PPMI yang direbut dan diduduki oleh CGMI dan juga GMNI-khususnya setelah Konggres V tahun 1961. Persaingan ini mencapai puncak nantinya tatkala terjadi G30S/PKI.

Pada masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965), seiring dengan upaya pemerintahan Soekarno untuk mengubur partai-partai, maka kebanyakan organisasi mahasiswa pun membebaskan diri dari afiliasi partai dan tampil sebagai aktor kekuatan independen, sebagai kekuatan moral maupun politik yang nyata.

Tragedi nasional pemberontakan G30S/PKI dan kepemimpinan nasional yang mulai otoriter akhirnya menyebabkan Demokrasi Terpimpin mengalami keruntuhan.

Mahasiswa membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tanggal 25 Oktober 1966 yang merupakan hasil kesepakatan sejumlah organisasi yang berhasil dipertemukan oleh Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pendidikan (PTIP) Mayjen dr. Syarief Thayeb, yakni HMI,PMII,Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Sekretariat Bersama Organisasi-organisasi Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila (Mapancas), dan Ikatan Pers Mahasiswa (IPMI). Tujuan pendiriannya, terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawanan terhadap PKI menjadi lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan.

Munculnya KAMI diikuti berbagai aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dan lain-lain.

5. Gerakan Mahasiswa 1974


Realitas berbeda yang dihadapi antara gerakan mahasiswa 1966 dan 1974, adalah bahwa jika generasi 1966 memiliki hubungan yang erat dengan kekuatan militer, untuk generasi 1974 yang dialami adalah konfrontasi dengan militer yang berposisi sebagai pendukung kemapanan.

Sebelum gerakan mahasiswa 1974 meledak, bahkan sebelum menginjak awal 1970-an, sebenarnya para mahasiswa telah melancarkan berbagai kritik dan koreksi terhadap praktek kekuasaan rezim Orde Baru.namun meskipun demikian pada umumnya kepercayaan terhadap rezim yang berkuasa tetap ada.

Tetapi, kesabaran mahasiswa mulai menuju titik batasnya setelah penantian akan terkabulnya cita-citanya perubahan yang dijanjikan tidak mendapatkan respon yang sewajarnya. Diawali dengan reaksi terhadap kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), aksi protes lainnya yang paling mengemuka disuarakan mahasiswa adalah tuntutan pemberantasan korupsi. Lahirlah, selanjutnya apa yang disebut gerakan “Mahasiswa Menggugat”yang dimotori Arif Budiman,dkk yang progaram utamanya adalah aksi pengecaman terhadap kenaikan BBM, dan korupsi.

Menyusul aksi-aksi lain dalam skala yang lebih luas, pemuda dan mahasiswa kemudian mengambil inisiatif dengan membentuk Komite Anti Korupsi (KAK). Terbentuknya KAK ini dapat dilihat merupakan reaksi kekecewaan mahasiswa terhadap tim-tim khusus yang disponsori pemerintah, mulai dari Tim Pemberantasan Korupsi (TPK), Task Force UI sampai Komisi Empat.

Berbagai borok pembangunan dan demoralisasi perilaku kekuasaan rezim Orde Baru terus mencuat. Menjelang Pemilu 1971, pemerintah Orde Baru telah melakukan berbagai cara dalam bentuk rekayasa politik, untuk mempertahankan dan memapankan status quo dengan mengkooptasi kekuatan-kekuatan politik masyarakat antara lain melalui bentuk perundang-undangan. Misalnya, melalui undang-undang yang mengatur tentang pemilu, partai politik, dan MPR/DPR/DPRD.

Akibat dari permainan rekayasa dan kebijakan kooptasi tersebut, muncul berbagai pernyataan sikap ketidakpercayaan dari kalangan masyarakat maupun mahasiswa terhadap sembilan partai politik dan Golongan Karya sebagai pembawa aspirasi rakyat. Sebagai bentuk protes akibat kekecewaan, mereka mendorang munculnya Deklarasi Golongan Putih (Golput) pada tanggal 28 Mei 1971 yang dimotori oleh Arif Budiman, Adnan Buyung N, Asmara Nababan,dkk.

Dalam tahun 1971, mahasiswa juga telah melancarkan berbagai protes terhadap pemborosan anggaran negara yang digunakan untuk proyek-proyek eksklusif yang dinilai tidak mendesak dalam pembangunan,misalnya terhadap proyek pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di saat Indonesia haus akan bantuan luar negeri.

Protes terus berlanjut. Tahun 1972, dengan isu harga beras naik, berikutnya tahun 1973 selalu diwarnai dengan isu korupsi sampai dengan meletusnya peristiwa Malari tahun 1974. Gerakan mahasiswa di Jakarta mngajukan isu ”ganyang korupsi” sebagai salah satu tuntutan “Tritura Baru” disamping dua tuntutan lainnya Bubarkan Asisten Pribadi dan Turunkan Harga; sebuah versi terakhir Tritura yang muncul setelah versi koran Mahasiswa Indonesia di Bandung sebelumnya.

Terlepas dari semua distorsi mengenai kisah gerakan mahasiswa 1974,antara lain: tidak adanya perubahan monumental yang ditinggalkan, gerakan mahasiswa yang ditunggangi, konflik dan konspirasi elit di pusat kekuasaan versi Jenderal Sumitro versus Ali Moertopo, dll bagaimana pun harus diakui bahwa perjuangan mahasiswa 1974 telah menjadi sebuah episode yang bersejarah.

6. Gerakan Mahasiswa 1978

Setelah peristiwa Malari, hingga tahun 1975 dan 1976, berita tentang aksi protes mahasiswa nyaris sepi. Mahasiswa disibukkan dengan berbagai kegiatan kampus disamping kuliah sebagain kegiatan rutin, dihiasi dengan aktivitas kerja sosial, Kuliah Kerja Nyata (KKN), Dies Natalis, acara penerimaan mahasiswa baru, dan wisuda sarjana. Meskipun disana-sini aksi protes tetap ada namun aksi-aksi itu pada umumnya tidak lagi gaung yang berarti.

Menjelang dan terutama saat-saat antara sebelum dan setelah Pemilu 1977, barulah muncul kembali pergolakan mahasiswa yang berskala masif.Berbagai masalah penyimpangan politik diangkat sebagai burning isu, misalnya soal pemilu mulai dari pelaksanaan kampanye, sampai penusukan tanda gambar, pola rekruitmen anggota legislatif, pemilihan gubernur dan bupati di daerah-daerah, strategi dan hakekat pembangunan, sampai dengan tema-tema kecil lainnya yang bersifat “lokal”.

Awalnya, pemerintah berusaha untuk melakukan pendekatan terhadap mahasiswa, maka pada tanggal 24 Juli 1977 dibentuklah Tim Dialog Pemerintah yang akan “berkampanye”di berbagai perguruan tinggi. Namun demikian , upaya tim ini ditolak oleh mahasiswa.

Mahasiswa bukan tidak memahami ataupun menyadari berbagai risiko buruk yang bakal dialami akibat gerakan protes mereka. Justru karena itulah, untuk menjaga agar dampak gerakan tidak mengulangi kembali malapetaka 1974, mahasiswa mempertahankan gerakan aksi mereka sebagai gerakan moral semata. Artinya, bahwa gerakan mereka lebih menonjolkan perannya sebagai kekuatan moral dan kontrol kritis terhadap berbagai penyimpangan kekuasaan, dan bukan sebagai aksi yang berorientasi politik praktis, serta menghindarkan pengaruh vested interest kelompok politik tertentu yang ingin memperalat atau “mengendarai” gerakan mahasiswa.

Pada titik ini ada yang menarik untuk dicatat yaitu terjadinya pendudukan militer atas kampus-kampus itu; disamping penyebabnya adalah karena mahasiswa dianggap telah melakukan “pembangkangan politik”, penyebab lain sebenarnya adalah karena gerakan mahasiswa 1978 lebih banyak berkonsentrasi dalam melakukan aksi diwilayah kampus.

Jadi, karena gerakan mahasiswa tidak terpancing keluar kampus untuk mennghindari seperti tahun 1974, maka akhirnya mereka diserbu militer,malahan dengan cara yang brutal.

Akhir cerita, Soeharto terpilih untuk ketiga kalinya dan tuntutan mahasiswa pun tidak membuahkan hasil. Meski demikian, perjuangan gerakan mahasiswa 1978 telah meletakkan sebuah dasar sejarah, yakni tumbuhnya keberanian mahasiswa untuk menyatakan sikap terbuka untuk menggugat bahkan menolak kepemimpinan nasional.

7. Gerakan Mahasiswa di Era NKK/BKK



Setelah gerakan mahasiswa 1978, praktis tidak ada gerakan besar yang dilakukan mahasiswa selama beberapa tahun akibat diberlakukannya konsep Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) oleh pemerintah secara paksa.

Kebijakan NKK dilaksanakan berdasarkan SK No.0156/U/1978 sesaat setelah Dooed Yusuf dilantik tahun 1979. Konsep ini mencoba mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan akademik,dan menjauhkan dari aktivitas politik karena dinilai secara nyata dapat membahayakan posisi rezim. Menyusul pemberlakuan konsep NKK,pemerintah dalam hal ini Pangkopkamtib Soedomo melakukan pembekuan atas lembaga Dewan Mahasiswa, sebagai gantinya pemerintah membentuk struktur keorganisasian baru yang disebut BKK. Berdasarkan SK menteri P&K No.037/U/1979 kebijakan ini membahas tentang Bentuk Susunan Lembaga Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi, dan dimantapkan dengan penjelasan teknis melalui Instruksi Dirjen Pendidikan Tinggi tahun 1978 tentang pokok-pokok pelaksanaan penataan kembali lembaga kemahasiswaan di Perguruan Tinggi.

Kebijakan BKK itu secara implisif sebenarnya melarang dihidupkannya kembali Dewan Mahasiswa, dan hanya mengijinkan pembentukan organisasi mahasiswa tingkat fakultas (Senat Mahasiswa Fakultas-SMF) dan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF). Namun hal yang terpenting dari SK ini terutama pemberian wewenang kekuasaan kepada rektor dan pembantu rektor untuk menentukan kegiatan mahasiswa, yang menurutnya sebagai wujud tanggung jawab pembentukan,pengarahan,dan pengembangan lembaga kemahasiswaan.

Dengan konsep NKK/BKK ini, maka peranan yang dimainkan organisasi intra dan ekstra kampus dalam melakukan kerjasama dan transaksi komunikasi politik menjadi lumpuh. Ditambah dengan munculnya UU No.8/1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan maka politik praktis semakin tidak diminati oleh mahasiswa, karena sebagian Ormas bahkan menjadi alat pemerintah atau golongan politik tertentu. Kondisi ini menimbulkan generasi kampus yang apatis,sementara posisi rezim semakin kuat.

Sebagai alternatif terhadap suasana birokratis dan apolitis wadah intra kampus, di awal-awal tahun 80-an muncul kelompok-kelompok studi yang dianggap mungkin tidak tersentuh kekuasaan refresif penguasa. Kenyataannya, kelompok studi lebih berfungsi sebagai information actions dengan tujuan the distribution of critical information bagi mahasiswa. Dalam perkembangannya eksistensi kelompok ini mulai digeser oleh kehadiran wadah-wadah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang tumbuh subur pula sebagai alternatif gerakan mahasiswa.

Perbedaan kedua bentuk wadah ini adalah : jika kelompok studi merupakan bentuk pelarian dari kepengapan kampus dengan ciri gerakannya yang bersifat teoritis, maka LSM menjadi tempat pelarian mahasiswa yang memilih jalur praktis.

Dalam perkembangan berikutnya bermunculan pula berbagai wadah-wadah lain berupa komite-komite aksi untuk merawat kesadaran kritis mahasiswa.

Beberapa kasus “lokal” yang disuarakan LSM dan komite aksi mahasiswa antara lain: kasus tanah waduk Kedung Ombo, Kacapiring, korupsi di Bapindo, penghapusan perjudian melalui Porkas/TSSB/SDSB, dsb.

Timbul beberapa pertanyaan mengapa gerakan mahasiswa umumnya hanya mengusung agenda isu lokal dan cenderung marjinal ? mungkin jawabannya adalah :

1. Ketidakberanian untuk menyentuh masalah yang dinilai terlalu sensitif,dan bebannya berat secara politis.

2. Ketidaksanggupan menangkap dan mengungkapkan masalah-masalah fundamental yang lebih signifikan terutama yang bersifat politik nasional sebagai burning issue.

3. Strategi mahasiswa dengan mempertimbangkan kondisi struktural sistem politik Orde Baru yang terlalu mudah bertindak represif.

Jawaban-jawaban tersebut sangat terbuka untuk diperdebatkan, tetapi ada efek lain yang tampaknya harus diperhitungkan,bahwa justru dengan kecenderungan mengangkat isu-isu lokal dan bergerak di wilayah pinggiran itu, disadari atau tidak mahasiswa telah melakukan revitalisasi orientasi model pendekatan dengan membangkitkan kesadaran dan kepercayaan diri rakyat agar mempertahankan dan memperjuangkan hak-hak individu dan sosialnya.

8. Gerakan mahasiswa 1990

Memasuki awal tahun 1990-an, di bawah Mendikbud Fuad Hasan kebijakan NKK/BKK dicabut dan sebagai gantinya keluar Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan (PUOK). Melalui PUOK ini ditetapkan bahwa organisasi kemahasiswaan intra kampus yang diakui adalah Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT), yang didalamnya terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).

Dikalangan mahasiswa secara kelembagaan dan personal terjadi pro kontra, menamggapi SK tersebut. Oleh mereka yang menerima, diakui konsep ini memiliki sejumlah kelemahan namun dipercaya dapat menjadi basis konsolidasi kekuatan gerakan mahasiswa. Argumen mahasiswa yang menolak mengatakan, bahwa konsep SMPT tidak lain hanya semacam hiden agenda untuk menarik mahasiswa ke kampus dan memotong kemungkinan aliansi mahasiswa dengan kekuatan di luar kampus.

Dalam perkembangan kemudian, banyak timbul kekecewaan di berbagai perguruan tinggi karena kegagalan konsep ini dalam eksperimentasi demokrasi. Mahasiswa menuntut organisasi kampus yang mandiri, bebas dari pengaruh korporatisasi negara termasuk birokrasi kampus. Sehingga, tidaklah mengherankan bila akhirnya berdiri Dewan Mahasiswa di UGM tahun 1994 yang kemudian diikuti oleh berbagai perguruan tinggi di tanah air sebagai landasan bagi pendirian model organisasi kemahasiswaan alternatif yang independen.

Dengan dihidupkannya model-model kelembagaan yang lebih independen, meski tidak persis serupa dengan Dewan Mahasiswa yang pernah berjaya sebelumnya upaya perjuangan mahasiswa untuk membangun kemandirian melalui SMPT, menjadi awal kebangkitan kembali mahasiswa ditahun 1990-an.

9. Gerakan Mahasiswa 1998
Lahirnya gerakan mahasiswa 1998 dengan segala keberhasilannya meruntuhkan kekuasaan rezim orde baru, bagaimanapun merupakan akibat dari akumulasi ketidakpuasan dan kekecewaan politik yang telah bergejolak selama puluhan tahun dan akhirnya “meledak”.

Secara obyektif situasi pada saat itu, sangat kondusif bagi gerakan mahasiswa berperan sebagai agen perubahan. Krisis legitimasi politik yang sudah diambang batas, justru terjadi bersamaan dengan datangnya badai krisis moneter di berbagai sektor. Di sisi lain secara subyektif, gerakan mahasiswa 1998 telah belajar banyak dari gerakan 1966 dengan mengubah pola gerakan dari kekuatan ekslusif ke inklusif dan menjadi bagian dari kekuatan rakyat,

Sasaran dari tuntutan “Reformasi” gerakan mahasiswa dan kelompok-kelompok lain yang beroposisi terhadap rezim Orde Baru, antara lain adalah perubahan kepemimpinan nasional. Soeharto harus diruntuhkan dari kekuasaan, tidak akan ada reformasi selama Soeharto masih berkuasa. Namun demikian, kenyataan menunjukkan suara-suara kritis yang menuntut perubahan, tidak mendapatkan jawaban sebagaimana yang diharapkan dari rezim yang berkuasa, terlebih oleh Golongan Karya (Golkar) yang dengan enteng mencalonkan kembali Soeharto. Menjelang pelaksanaan Sidang Umum MPR 1998, dari kalangan tokoh-tokoh kritis mengajukan calon alternatif Presiden maupun Wakil Presiden, antara lain: Amien Rais, Megawati Soekarnoputri, dan Emil Salim.

Kenyataan menunjukkan, calon-calon tandingan versi masyarakat tidak mendapatkan tanggapan dari kekuatan politik di MPR, Soeharto dipilih kembali sebagai Presiden dan B.J. Habibie sebagai Wakil Presiden. Aksi-aksi mahasiswa yang marak mengajukan protes dan keprihatinan, seolah-olah dianggap angin lalu, sedangkan hasil-hasil dialog dengan berbagai fraksi menuntut agenda Reformasi hanya “ditampung” dalam artian kasar = ditolak.

Berbagai kontroversi kemudian timbul dimasyarakat, berkenaan dengan pengalihan kekuasaan ini. Pertama, pandangan yang melihat hal itu sebagai proses inkonstitusional dan sebaliknya pandangan kedua, yang menganggapnya sudah konstitusional. Sikap ABRI terhadap proses peralihan ini secara formal adalah mendukung, lalu bagaiman dengan mahasiswa ?

Menyambut turunnya Soeharto, sejenak mahasiswa benar-benar diliputi kegembiraan. Perjuangan mereka satu langkah telah berhasil,tetapi kemudian timbul keretakan di antara kelompok-kelompok mahasiswa mengenai sikap mahasiswa terhadap peralihan kekuasaan dari Soeharto ke Habibie. Berhadapan dengan peristiwa peralihan ini mahasiswa tidak siap, mereka hanya dipersatukan oleh isu utama perlunya Soeharto dipaksa untuk mengundurkan diri. Soal yang terjadi kemudian, agaknya jauh dari antisipasi mahasiswa dan pro reformasi.

Tetapi bagaimanapun, mahasiswa 1998 melalui perjuangannya telah memberikan sesuatu hal yang monumental bagi bangsa Indonesia untuk menciptakan tatanan kenegaraan yang lebih baik di masa depan.

Satu hal yang harus diingat, Reformasi Total merupakan sebuah proses yang tidak sekali jadi, tetapi membutuhkan waktu dan political will yang sungguh-sungguh dari pemegang kekuasaan. Karena itu, kontrol kritis dan tekanan politik dari mahasiswa harus tetap ada di masa sekarang dan akan datang.

Disusun oleh : A.A. Gede Putra Partanta, Ketua Biro Litbang, PD KMHDI Jawa Timur 1997-2000

.....MERDEKA!!

Selanjutnya Coy...

> Kisah Sebuah Terowongan Rahasia

Kisah Sebuah Terowongan Rahasia

Sebuah kisah tentang terowongan di bawah kota Berlin mencerminkan betapa kerasnya usaha Amerika menguasai dunia. Jika tak mampu menyaingi kerja keras itu, jangan harap akan kalahkan Paman Sam!

Situs resmi Central Intellegence Agency (CIA) beberapa bulan lalu merilis kisah seorang insinyur yang merancang Berlin Tunnel pada waktu Perang Dingin yang terjadi antara Amerika dan pihak komunis. Tanpa menyebut nama, sang insinyur hanya menulis inisial saja, G. Dan kisah yang dituturkannya, tidak saja menguak apa yang telah dilakukan oleh Amerika, tapi juga mengisahkan kerja keras di balik usaha mereka.

Berlin Tunnel atau Terowongan Berlin, diputuskan pertama kali dalam sebuah rapat pada tahun 1951. Setelah melalui perdebatan yang sangat sengit di dalam Departemen Intelijen Luar Negeri, khususnya di Engineering Division of the Office of Communications. Perdebatan yang terjadi membahas seputar manfaat apa yang didapat dari proyek super besar sejarah intelijen Amerika kala itu. Proyek yang tak hanya melibatkan agen-agen intelijen, tapi juga meminta sekian banyak tenaga teknis dan insinyur handal Amerika. Mega proyek yang hampir mustahil ini dirancang untuk menyadap, mengumpulkan data dan menentukan target-target serangan yang ada di Jerman Timur atau di Uni Soviet.

G, sang arsitek memberikan respon singkat. ”Kita bisa menggali terowongan di mana saja kita mau. Tapi jika ingin merahasiakannya, maka hal itu tergantung pada seberapa besar terowongan yang akan kita gali.” Tentu saja uang, biaya dan tenaga yang sangat besar akan dikerahkan untuk proyek ini.

Kurang dari satu tahun, sebuah terowongan rahasia berukuran seperti ular raksasa sudah siap melayani kepentingan intelijen Amerika. Proyek penggalian pertama dimulai pada Agustus 1954 dan selesai pada Februari 1955. Tahun itu, Indonesia baru melaksanakan Pemilu pertama yang dianggap paling fair dalam sejarah negeri ini. Tapi tahun itu, Amerika sudah menggali tanah di negeri orang demi kepentingannya.

Ini bukan sembarang terowongan. Panjangnya 1.476 kaki, mengular di bawah kota Berlin yang sebagian wilayahnya saat itu berada di bawah administrasi Jerman Timur yang berhaluan komunis. Untuk menggali terowongan sepanjang itu, intelijen Amerika sudah menggali tanah seberat 3.100 ton dan dipindahkan entah dengan cara dan penyamaran seperti apa.

Proyek ini juga menelan 125 ton plat baja sebagai bahan utama konstruksi Berlin Tunnel. Sebanyak 1.000 kubik beton cetak juga dihabiskan untuk pembangunan terowongan ini. Betul-betul bukan operasi intelijen yang kecil. Apalagi menjaga agar proyek besar ini tetap menjadi rahasia. Satu suara ketukan palu kecil, mampu membuat program ini terbongkar dan berantakan!

Tantangan yang tidak ringan adalah, bagaimana membuang dan menyembunyikan tanah galian terowongan?

Setelah melakukan perhitungan dengan seksama, didapati hasil, tanah yang digali dari terowongan sepanjang itu memenuhi lebih dari 20 ruang keluarga besar yang dimiliki rata-rata rumah orang Amerika. Pada musim Semi 1953, G sang arsitek terbang ke Frankfurt untuk menemui kontak rahasia yang sudah disiapkan, pejabat señor CIA di Jerman. Setelah itu, kontak rahasia diteruskan dengan pemerintahan Inggris yang menjadi sekutu Amerika dari sejak dulu.

Pada tahap ini terjadi diskusi dengan Inggris yang menyarankan agar terowongan dibangun dengan beton berat dan bukan baja, seperti yang banyak digunakan pada London Underground. Tapi usulan G, dengan menggunakan plat baja nampak lebih memungkinkan. Terowongan tak hanya harus mampu menahan beban tanah dan bangunan yang ada 10 kaki di atasnya, tapi juga mampu menopang tank-tank Jerman Timur atau Uni Soviet seberat 60 ton yang melintas di atasnya.

Sebelum melakukan proses pembangunan, semua yang terlibat harus terlebih dulu menjalani training di New Meksiko untuk memastikan mega proyek ini berjalan aman di bawah rahasia yang super maksimum. Setelah semua latihan dan persiapan selesai dilakukan, markas besar tentara Amerika dilibatkan untuk mengangkut semua peralatan berat yang diperlukan.

Plat baja, baterei, mesin penyadap dan segala macam peralatan dikapalkan menuju Hamburg. Setelah sampai di sini, perjalanan segala keperluan dilanjutnya dengan kereta api umum, agar tak menarik perhatian. Seluruh barang tiba di Berlin Barat dengan selamat dan aman.

Agustus 1954, terowongan dengan diameter 10 kaki mulai digali. Faktor keamanan adalah satu kendala, tapi faktor teknis juga menjadi tantangan yang tak kalah ringan. Salah satunya air di bawah tanah yang tak kompromi dan memaksa tim Berlin Tunnel ini membuat drainase khusus untuk mengalirkan air.

Jalur kayu dipasang sepanjang terowongan untuk lalu lintas forklift. Kantong-kantong pasir ditumpuk sedemikian rupa, waktu terus berjalan, tak ada yang tak boleh berjalan sesuai rencana. Radio dan penyadap harus segera beroperasi, dan tak boleh tertunda.

Masalah muncul ketika peralatan elektronik hendak dipasang. Amplifier, transformer dan juga tuner yang seharusnya segera beroperasi, macet total. Banyak penyebabnya, mulai dari jalan raya yang terlalu padat di atas terowongan, sampai dengan temperatur yang terlalu pengap untuk alat-alat elektronik yang sensitif tersebut. Tapi agen-agen rahasia dan para insinyur Amerika tak boleh menyerah, proyek harus selesai sebelum musim dingin tiba.

Berbagai sensor harus dipasang untuk mengantisipasi segala keadaan, mulai dari cuaca yang memburuk sampai dengan peristiwa-peristiwa alam yang tak terduga. Tahap yang juga krusial adalah pemasangan kabel yang menghubungkan kabel dengan gudang, terowongan dan ruang rekam. Perlu waktu tiga hari hanya untuk memasang jaringan kabel. Dan sejauh ini, tak satu pun orang Jerman Timur yang tahu tentang terowongan jahanam yang digali di tengah-tengah jantung kota di Jerman Timur.

Tapi rupanya operasi mega proyek rahasia ini tak berlangsung lama. Diputuskan akan dibangun pada tahun 1951. Penggalian pertama kali dilakukan pada tahun 1954. Selesai total pada bulan Februari tahun 1955. Tapi pada bulan April 1956, terbongkar oleh sekumpulan petugas jaringan telepon Jerman Timur sedang melakukan pemeriksaan jaringan kabel perusahaan mereka. Saat melakukan pemeriksaan ini, tanpa sengaja mereka menemukan terowongan yang tak pernah terdaftar dalam rencana tata kota Jerman Timur. Tentu saja kecurigaan langsung menyalakan alarm keamanan mereka yang sedang bersitegang dengan Amerika.

Dan seperti biasa, Amerika berusaha menyangkal semua. Sampai hari ini, semua fakta terungkap dengan sendirinya.

Tapi yang menarik adalah, betapa keras Amerika bekerja mencapai target-target dengan usaha yang luar biasa, bahkan mustahil. Mereka sanggup menggali tanah di negeri orang, lalu menyulapnya menjadi terowongan tempat mereka menyadap seluruh informasi rahasia antara Jerman Timur dan Uni Soviet dalam Perang Dingin yang melibatkan blok Barat dan blok Timur.

Maka layak saja Amerika memenangi pertarungan dan konflik yang ada di berbagai penjuru dunia. Mereka bekerja sangat keras. Tak kenal kata mustahil. Bahkan tak pernah menyebut kata tak mungkin.

Semua pihak yang kini menjadi rival Amerika, baik dalam sisi ideologi atau penguasaan dunia, mendapat pertanyaan yang sangat serius untuk dijawab. Sudah sekeras apa kerja mereka.

Jika kerja keras mereka tak mampu menyamai, bahkan tak bisa melebihi apa yang telah dilakukan oleh Amerika Serikat, secara hitung-hitungan teknis, maka jangan berani berharap. Dan tentu saja pertanyaan di atas berlaku pula untuk yang kerap kali berharap keruntuhan Amerika. Sudahkah melakukan kerja keras dengan ukuran yang sama? (Herry Nurdi)

Selanjutnya Coy...

> Kiper Indonesia Legendaris

Ronny Pasla kiper Indonesia (PSSI) legendaris kelahiran Medan, 15 April 1947. Dia berkiprah sebagai kiper tim nasional Indonesia tahun 1966 sampai 1985. Peraih Piagam dan Medali Emas dari PSSI (1968), Atlet Terbaik Nasional (1972) dan Penjaga Gawang Terbaik Nasional (1974), itu memulai karir sepak bolanya dari Medan.

Sebenarnya, Ronny lebih awal meminati olahraga tennis sampai sempat meraih juara pada Kejuaraan Tenis Nasional Tingkat Junior di Malang, 1967. Namun ayahnya, Felix Pasla menyarankannya ke sepakbola. Jadilah dia andalan di klub Dinamo, Medan, Bintang Utara, Medan dan PSMS Medan. Kemudian hijrah ke Persija Jakarta dan Indonesia Muda, Jakarta. Selama berkiprah di PSMS, Ronny dan rakan-rekannya meraih prestasi sebagai Juara Piala Suratin (1967) dan Juara Nasional (1967).

Kiprahnya sebagai penjaga gawang andalan Tim Nasional Indonesia (PSSI) juga meraih prestasi sebagai Juara Piala Agakhan di Bangladesh (1967), Juara Merdeka Games (1967), Peringkat III Saigon Cup (1970) dan Juara Pesta Sukan Singapura (1972).

Atas prestasinya yang gemilang sebagai kipper PSMS, Ronny berdarah Manado yang dijuluki Macan Tutul bertinggi badan 183 cm itu mendapat penghargaan sebagai Warga Utama Kota Medan (1967). Kiprahnya di sepakbola dan Timnas PSSI sebagai kiper andalan sejak 1966 hingga pensiun 1985 dalam usia 38 tahun dianugerahi Piagam dan Medali Emas dari PSSI (1968), Atlet Terbaik Nasional (1972), Penjaga Gawang Terbaik Nasional (1974).

Selama karir sebagai kiper tentu banyak pengalaman Ronny yang amat berkesan. Salah satu di antaranya, tatkala Timnas Brazil yang diperkuat pesepak bola legendaris Pele, tur ke Asia termasuk Indonesia pada 1972. Dalam laga Timnas Indonesia dan Brazil itu Ronny berhasil menahan eksekusi penalti Pele, kendati Indonesia akhirnya kalah 1-2.

Selanjutnya Coy...

> Graffiti Fonts


http://rapidshare.com/files/93152767/GRAFF...hr.org.rar.html

Selanjutnya Coy...

> Efek Realistis menggunakan Mesh Fill, CorelDRAW Tutorial (bhs Indonesia)

Another release...
Tutorial baru gw dah siap nih, silahkan didonlod di sini :

http://rapidshare.com/files/145665641/Mesh...aruto_palsu.zip


preview :

Selanjutnya Coy...
Template by : kendhin x-template.blogspot.com