Minggu, 31 Agustus 2008

Bocah Kembar Bersisik Ikan


Bocah Kembar Bersisik Ikan

MANUSIA KEMBAR BERSISIK IKANSALATIGA—Dunia ini makin aneh saja. Baru saja di Bandung ditemukan ‘manusia akar’ karena sekujur tubuhnya tumbuh ‘kutil’ seperti akar, di Salatiga dua bocah kembar bersisik ikan. Kok bisa?
Bocah kembar itu namanya Dina Kusumawati (6), dan Nina Kusumawati (6). Dua putri kecil ini memiliki keanehan pada kulit tubuhnya. Kedua bocah anak pasangan Sunarto (48)-Riyanti (45) warga Dukuh Kenteng RT 05 RW VI, Kelurahan Tegalrejo Salatiga ini tubuhnya bersisik seperti ikan.
Sunarto, bapak bocah kembar ini menuturkan, keanehan anaknya itu muncul satu bulan setelah dilahirkan. Sebelumnya, kulit bocah kembar tersebut salalu berair.
”Sisik di tubuhnya muncul setelah anak kembar saya berumur satu bulan,” kata Sunarto saat ditemui di rumahnya, Selasa ( 11/12) kemarin.
Menurut lelaki yang bekerja sebagai tukang batu ini, waktu dilahirkan pada 28 Mei 2001 silam, kedua anaknya memiliki berat yang kurang ideal. Nina saat lahir hanya memiliki berat 2 Kg sedangkan Dina 1,8 Kg. Karena kondisi kesehatan kedua bayi tersebut, banyak yang menyangsikan kelangsungan hidupnya. “ Namun Alhamdulliah, kedua anak saya tumbuh sehat, meski ada gangguan di kulitnya,” kata bapak empat anak ini.
Berbagai upaya pengobatan baik secara medis maupun alternatif telah dilakukan Sunarto dan istrinya. Jika dihitung sudah 6 kali orang tuanya mengobatkan Nina-Dina ke dokter spesialis kulit di Semarang, dengan biaya yang tidak sedikit. Jika ditotal, Sunarto sudah mengeluarkan uang dari kantongnya sendiri sekitar Rp 75 juta. Menurut Sunarto, berdasarkan keterangan dokter, kedua anaknya menderita kelainan dan alergi kulit.
Karena berbagai upaya pengobatan secara medis belum membawa hasil yang memuaskan, maka Sunarto mencoba pengobatan alternatif dengan menemui “orang pintar”. Berbagai daerah telah ia jelajahi seperti Surabaya, Purwokerto, Jogja, Semarang, Demak dan lainnya. Bahkan yang terakhir kali Sunarto mengobatkan anaknya sampai ke Palembang, Sumatera.” Di Palembang, saya diberi ramuan air putih yang diberi doa-doa,” katanya.
Sampai sekarang kondisi bocah kembar tersebut masih belum ada perubahan. Menurut Sunarto, setiap 35 hari ( selapan-jawa,red), sisik-sisik di tubuh anaknya rontok menjadi halus. Namun seminggu kemudian, sisik-sisik itu muncul lagi dan hal tersebut berlangsung terus -menerus.
Yang membuat Sunarto sedih, kedua anaknya kini belum mengenyam bangku sekolah. Diakui Sunarto, sebenarnya Dina-Nina tahun ini sudah sekolah TK, namun karena terbentur biaya, maka sekolah kedua anaknya ditunda.
Dikatakan Sunarto, bahwa ia beberapa kali mendapat bantuan dari para dermawan. Namun bantuan tersebut ia gunakan untuk mengobatkan anaknya. Karena pengobatan kulit anaknya tidak bisa dilakukan dengan Askeskin, kendati ia terdaftar sebagai anggota. Sementara untuk pendidikan, belum ada pihak-pihak yang membantu. Sunarto berharap anaknya segera bisa sekolah.

Gara-gara Ikan Siluman Rawa Pening
Sunarto dan istrinya Riyanti hanya bisa pasrah dan menerima dengan ikhlas kondisi anak kembarnya. Mereka sudah berusaha maksimal untuk kesembuhan buah hati kesayangnnya Dina dan Nina. Meski sampai sekarang kesembuhan itu belum datang.
Adakah peristiwa di balik keanehan bocah kembar itu ? Menurut cerita Sunarto, awal tahun 2001 lalu, ia mancing ikan di Rawa Pening, Tuntang Kabupaten Semarang. Hal itu sering dilakukan karena hobi dan untuk mengisi waktu luang jika jop sebagai tukang batu lagi sepi.
Ketika mancing, bapak empat orang anak ini mendapat tangkapan sepasang ikan. Namun ikan yang didapat Sunarto bukan ikan Mujahir yang selama ini selalu ia dapat jika mancing di Rawa Pening. Namun saat itu ia mendapat ikan yang bentuknya indah seperti ikan hias.” Saya tidak tahu jenis ikan apa, tapi bentuknya indah sekali,” kata Sunarto.
Karena bentuknya indah, maka kedua ikan tangkapannya tidak dimasak, seperti yang dilakukan selama ini. Ikan tersebut ia berikan kepada orang tuanya Saginem (87) yang tinggalnya tidak jauh dari rumah Sunarto. Kemudian sepasang ikan tersebut dimasukkan ke dalam aquarium sebagai hiasan.
Sore ikan dimasukkan ke aquarium, malamnya Saginem diimpeni. Dalam mimpinya ikan di aquarium berubah menjadi seorang wanita cantik berpakaian serba putih. Peri tersebut menyuruh Saginem agar Sunarto mengembalikan sepasang ikan ke Rawa Pening.
Namun mimpi tersebut tidak langsung direspon. Malam berikutnya, Saginem kembali diimpeni, hampir sama dengan mimpi sebelumnya dan hal ini berulang sampai beberapa kali. Nah terakhir kali, Saginem merasa melihat penampakan wanita cantik berbaju serba putih, sebagaimana yang ia lihat di dalam mimpinya. Wanita itu menyuruh Saginem agar anaknya mengembalikan sepasang ikan hias tersebut ke Rawa Pening.
Kali ini Sunarto meresponnya. Pagi 28 Mei 2001, Sunarto mengembalikan sepasang ikan tangkapannya ke Rawa Pening. Pagi itu istrinya Riyanti melahirkan anak kembar yang diberi nama Dina Kusumawati dan Nina Kusumawati.
Entah kenapa, saat dilahirkan ada ganguan di kulit pada tubuh bocah kembar tersebut. Namun belum keluar sisik-sisik di tubuhnya. Saat dilahirkan kulit bocah kembar tersebut mengeluarkan air. Sampai-sampai untuk menghentikan keluarnya air, Sunarto setiap bulannya harus merogoh kocek sampai jutaan untuk membeli salep dan obatnya.
Kaitannya dengan ikan siluman, diceritakan Sunarto, ketika ia berobat ke paranormal di Pelembang, paranormal tersebut menebak bahwa Sunarto suka mancing.” Karena memang benar saya suka mancing, maka saya jawab apa adanya,” kata Sunarto.
Menurutnya, paranormal di Pelembang tersebut mengatakan kejadian yang menimpa anaknya ada kaitannya dengan sepasang ikan yang ia tangkap di Rawa Pening. Paranormal tersebut kemudian menyarankan Sunarto agar meminta maaf kepada yang mbaurekso di Rawa Pening.
Saran dari paranormal tersebut dituruti oleh Sunarto. Setelah dari Pelembang, ia pergi ke Rawa Pening untuk minta maaf dan hal ini dilakukan berkali-kali. Menurut Sunarto sebagaimana kata paranormal di Palembang, Dina-Nina bisa sembuh tapi butuh waktu. Keanehan macam apa yang diderita kedua bocah kembar tersebut ? Ikuti beritanya pada edisi berikutnya.

Kalau Tidur Matanya Tidak Terpejam
Setelah kelahiran anak kembarnya Dina-Nina, keluarga Sunarto diliputi rasa bahagia. Namun juga bercampur was-was. Hal ini disebabkan kedua anak tersebut memiliki kelainan di seluruh kulitnya. Sebelum timbul sisik-sisik, kulit kedua bocah kembar tersebut selalu berair.
Menurut Sunarto bapak kedua bocah tersebut, ketika dilahirkan kedua anaknya juga memiliki bola mata yang bulat dan besar. Waktu itu hidung dan telingganya kecil sekali. “ Sekarang lumayan, hidung dan telinganya sudah kelihatan,” kata Sunarto
Anehnya lagi, hingga sekarang kedua bola mata bocah kembar tersebut tidak bisa berkedip. Bahkan jika tidurpun mata Dina-Nina tidak terpejam. Sehingga jika tidur secara fisik tidak bisa dibedakan antara tidur dan melek. Namun akhir-akhir ini, kelopak matanya sedikit bisa terpejam jika sedang tidur.
Dina-Nina juga punya keanehan yang lain. Sampai sekarang mereka tidak mau makan nasi. Bocah kembar tersebut takut jika mencium bau nasi.
“ Sejak dilahirkan sampai sekarang ini, anak saya tidak mau makan nasi. Jika dekat atau melihat nasi, mulutnya dan hidungnya ditutup-tutupi,” kata Sunarto.
Bagaimana dengan makannya? Karena tidak mau makan nasi, maka orang tua Dina-Nina menggantinya dengan susu formula hingga sekarang. Namun karena kesulitan ekonomi, sekarang menu susu Dina-Nina diganti dengan teh manis.
” Jika ada rejeki banyak, ya kami beli susu,” imbuh Sunarto.
Selain susu, bocah kembar tersebut hanya mau makan makanan kecil ( snak) yang dijual di warung. Untuk memenuhi jajan kedua anaknya, setiap harinya Sunarto mengeluarkan uang Rp 15 ribu.
Kendati Dina-Nina memiliki kelainan pada kulitnya, pihak keluarga sangat menyayanginya. Demikian juga dengan para tetangganya. Lazimnya anak kecil, bocah kembar itu juga bermain. Namun frekuensinya sedikit. Dina-Nina banyak menghabiskan waktu-waktunya di dalam rumah sambil nonton TV. (deb)

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com